Lihat ke Halaman Asli

danusudahtobat

Hanya pemuda BIASA

Latar Belakang Al-Kindi

Diperbarui: 25 September 2023   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai seorang filosof Islam, Al-Kindi lebih mengandalkan kemampuan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang realitas. Namun, dia juga menyadari bahwa akal tidak cukup untuk mencapai pengetahuan metafisis. Jadi, al-Kindi tidak sependapat dengan para filosof Yunani dalam hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, karena dia percaya bahwa Nabi harus mengajarkan hal-hal yang di luar jangkauan akal manusia yang diperoleh dari wahyu Tuhan. 

Oleh karena itu, al-Kindi tidak berselisih dengan para filosof Yunani tentang hal-hal yang bertentangan dengan doktrin Islam. Misalnya, kejadian alam berasal dari ciptaan Tuhan yang tidak ada sebelumnya. Menurut Al-Kindi Pun, alam abadi dan tidak diciptakan. Oleh karena itu, dalam kitabnya yang disebut Tahafut al-Falasifah (Serangan terhadap para filosof), al-Ghazali tidak menyebut al-Kindi sebagai salah satu filosof yang dia kritik.

Al-Kindi mengatakan bahwa kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya dari manapun datangnya, bahkan dari bangsa lain yang jauh dari kita. Tidak ada yang lebih penting bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang yang menolak filsafat berarti menolak kebenaran, dan karena itu kafir. Bahkan mereka yang menentang filsafat sangat membutuhkan filsafat untuk mendukung argumen mereka.

Kadang-kadang terjadi kontras lahiriyah antara ayat-ayat Al-Qur'an dan hasil pemikiran filsafat. Terhadap masalah ini, Al-kindi berpendapat bahwa kata-kata dalam bahasa Arab dapat memiliki arti sebenarnya (hakiki) atau arti majazi (kiasan). Jalan takwil, atau penafsiran, adalah satu-satunya cara untuk menyampaikan makna majazi ini, dan itu harus dilakukan oleh ahli agama dan ahli pikir.

Jika ada perbedaan antara filsafat dan agama, itu hanyalah tentang cara, sumber, dan karakteristiknya, karena ilmu nabi (agama) diterima oleh mereka setelah jiwanya disucikan oleh Tuhan dan disiapkan untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan cara yang luar biasa di luar hukum alam.

Sesuai dengan pendirian Al-Kindi, bahwa filsafat harus memilih, maka ia sendiri berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya dengan jalan mengikuti pendapat orang-orang yang sebelumnya dan menguraikan sebaik-baiknya.  Makalah ini akan membahas biografi dan karya Al-Kindi, perspektifnya tentang filsafat dan agama, serta pengaruhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline