Lihat ke Halaman Asli

Danu Arafat

Mahasiswa Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Jurusan Hubungan Internasional

Dimensi Geopolitik dan Dampak Perang Rusia Ukraina

Diperbarui: 5 Desember 2024   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geopolitik Rusia-Ukraina & sumber: Animasi

Konflik antara Rusia dan Ukraina bukan hanya persoalan perselisihan antarnegara, tetapi juga cerminan dari perebutan pengaruh antara kekuatan besar di dunia, khususnya Rusia dan Barat yang dipimpin oleh NATO dan Uni Eropa. Krisis ini berawal pada tahun 2014 ketika Rusia melakukan aneksasi atas Semenanjung Krimea dan memberikan dukungan militer kepada kelompok separatis di wilayah Donbas, Ukraina Timur. Ukraina memiliki posisi geografis strategis sekaligus kekayaan sumber daya alam yang signifikan, menjadikannya sangat berharga dalam konteks geopolitik dan ekonomi. Faktor-faktor ini, ditambah dengan sejarah panjang perseteruan serta ikatan historis dan etnis yang kuat antara kedua negara, menjadikan konflik ini sangat kompleks. 

Rusia melihat Ukraina sebagai bagian dari lingkup pengaruhnya, mengingat sejarah panjang sebagai bagian dari Uni Soviet hingga 1991. Namun, di sisi lain, Ukraina sejak lama menunjukkan aspirasi untuk mempererat hubungan dengan Barat, khususnya dengan NATO dan Uni Eropa. Pada 2013, keputusan Presiden Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, untuk menolak menandatangani perjanjian kerja sama dengan Uni Eropa demi mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia memicu gerakan protes besar-besaran yang dikenal sebagai Euromaidan. Gerakan ini berujung pada penggulingan Yanukovych dan digantikan dengan pemerintahan pro-Barat, yang semakin memperkeruh hubungan dengan Rusia. Rencana Ukraina untuk menjadi anggota NATO juga menambah ketegangan. Bagi Rusia, langkah tersebut dipandang sebagai ancaman langsung, terutama karena NATO dianggap semakin mendekatkan pengaruh militernya ke perbatasan Rusia. 

Pada Februari 2022, ketegangan yang lama ini kembali memuncak ketika Rusia meluncurkan invasi penuh terhadap Ukraina. Rusia mengklaim invasi ini dilakukan untuk melindungi warga etnis Rusia di Ukraina Timur dan untuk mencegah ancaman dari NATO. Konflik yang terjadi mencerminkan ketegangan lama dan ketakutan Rusia terhadap pengaruh NATO di kawasan yang dekat dengan wilayahnya. Hal ini menunjukkan pola khas dalam politik internasional di mana negara besar sering kali merasa perlu untuk melindungi "zona pengaruh" mereka dari intervensi atau dominasi kekuatan asing. 

DIMENSI GEOPOLITIK 

Konflik geopolitik Rusia -- Ukraina telah mengungkap berbagai dimensi kompleks, mulai dari perebutan pengaruh di Eropa Timur, ketahanan energi, perang siber, hingga ketidakstabilan politik yang berdampak global. Dari sudut pandang perebutan pengaruh, baik Rusia maupun NATO memiliki kepentingan strategis terhadap Ukraina. Bagi Rusia, Ukraina adalah negara penyangga esensial untuk mempertahankan perbatasan barat dari ekspansi NATO yang terus meluas. Jika Ukraina menjadi anggota NATO, Rusia berpotensi kehilangan pengaruh di Eropa Timur dan menghadapi ancaman militer langsung di perbatasannya. Karena itu, mempertahankan Ukraina di bawah pengaruh Rusia, atau setidaknya netral, menjadi tujuan utama strategi pertahanan Rusia. 

Sebaliknya, NATO melihat Ukraina sebagai sekutu potensial untuk memperkuat kehadiran Barat di kawasan ini. Dukungan NATO kepada Ukraina tidak hanya ditujukan untuk menjaga stabilitas regional tetapi juga sebagai cara untuk membendung kekuatan Rusia dan menguji ketangguhan pertahanan NATO dalam menghadapi ancaman dari Rusia. Konflik ini juga memengaruhi ketahanan energi di Eropa, mengingat sekitar 40% gas alam yang diekspor Rusia ke Eropa Barat dialirkan melalui pipa di wilayah Ukraina. Ketidakpastian pasokan energi yang ditimbulkan oleh konflik ini memaksa negara-negara Eropa mencari sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Rusia, yang akhirnya mendorong kenaikan harga gas dan listrik serta menciptakan krisis energi yang berdampak pada stabilitas ekonomi Eropa. 

Selain itu, konflik ini menyoroti pentingnya teknologi dan perang siber dalam strategi militer modern. Rusia, yang memiliki kapabilitas siber kuat, sejak 2014 telah menggunakan serangan siber untuk melemahkan infrastruktur publik Ukraina, seperti jaringan listrik, perbankan, dan sistem komunikasi. Pada 2022, serangan siber Rusia menjadi semakin masif dan terkoordinasi, menunjukkan bahwa konflik modern tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik tetapi juga merambah ke ranah digital untuk mengacaukan lawan. 

Ketidakstabilan yang diakibatkan oleh konflik ini tidak hanya terbatas di Eropa Timur tetapi juga berdampak pada tatanan politik global. Barat dan Rusia saling memberlakukan sanksi ekonomi, diplomatik, dan militer, mengakibatkan hubungan mereka berada pada titik terendah sejak era Perang Dingin. Beberapa negara di sekitar Rusia, sebagai langkah antisipasi, meningkatkan anggaran pertahanan mereka untuk menghadapi ketidakpastian geopolitik dan potensi ancaman dari Rusia di masa depan. Konflik ini menunjukkan ketegangan global yang merambah pada keamanan, stabilitas ekonomi, dan hubungan internasional, serta mempertegas pembagian blok kekuatan di antara negara-negara besar. 

Di kawasan Asia Tenggara, konflik Rusia-Ukraina turut memicu lonjakan harga energi dan pangan akibat ketergantungan pada impor komoditas dari kedua negara tersebut. Negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam merasakan dampak langsung dari kenaikan harga bahan bakar yang menekan ekonomi domestik dan memicu inflasi. Sebagai organisasi regional, ASEAN mempertahankan kebijakan non-intervensi, meskipun terdapat tekanan global untuk menjatuhkan sanksi pada Rusia. Beberapa negara ASEAN seperti Vietnam dan Indonesia mempertahankan hubungan perdagangan dengan Rusia yang memiliki kepentingan strategis di kawasan ini dalam menjalin kerja sama di bidang energi dan militer. 

Konflik ini juga mempercepat restrukturisasi ekonomi global. Banyak negara mulai mencari sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada Rusia, dan ASEAN memperkuat kerja sama dengan negara-negara di luar Rusia dan Ukraina untuk memastikan keberlanjutan pasokan energi dan pangan. Geopolitik perang Rusia-Ukraina ini menegaskan pentingnya diversifikasi sumber energi dan pangan sebagai bagian dari strategi keamanan nasional dalam menghadapi risiko konflik internasional yang kompleks. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline