Aku adalah tentang yang abadi
Bersemayam di rahim kepala yang sunyi
Ayah dan ibuku adalah akal dan budi
Saat masih sebesar biji delima
Aku mengecap pengetahuan dan rasa
Menenggak hikmat semanis madu dan kurma
Hingga matang lahir ke dunia
Aku adalah teka-teki,
kata-kata bermakna,
dan pedang bermata dua
Kucumbu peradaban dengan aksara semerbak bau bunga
Meniup tawa di dalam hati yang merana
Menyemai benih cinta di tanah yang terluka
Di saat yang sama,
aku memporak-porandakan manusia fana
Meletakkan bara menyala di atas kepala,
menabuh derita hingga meregang nyawa
Roda kehidupan berputar
Langit dan bumi berguncang
Musim-musim berlalu
Mahluk-mahluk fana menemui ajalnya
Namun aku tetap tinggal di dalam rahim-rahim baru
Aku adalah tentang yang abadi
Diproses oleh waktu dan ilmu
Aku selalu dilahirkan kembali
Dengan wajah lama maupun rupa yang baru
Jakarta, 04 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H