Lihat ke Halaman Asli

Daniel Setiawan

TERVERIFIKASI

Seorang karyawan swasta

Pakai Kata "Dia" untuk Perempuan dan "Ia" untuk Laki-Laki

Diperbarui: 2 Juni 2018   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Social Science Space

Kita sering bingung ketika ada yang mengucapkan kata 'dia'. Apakah 'dia' yang dimaksud tersebut adalah laki-laki atau perempuan. Dan kadang-kadang kita salah menebak. Kita sudah membayangkan kata 'dia' yang diucapkan oleh lawan bicara kita tersebut adalah sesosok laku-laki. Tapi kenyataannya yang dimaksud adalah seorang perempuan. Kalau dalam cerita detektif, kata 'dia' yang dimaksudkan oleh sang penulis akan sangat sulit bagi kita untuk membayangkan, 'dia' yang dimaksud tersebut laki-laki atau perempuan.

Lain halnya dengan bahasa Inggris. 'dia' laki-laki atau pun 'dia' perempuan sangat jelas. Jika ada yang mengucapkan kata 'she' maka bayangan kita sudah tertuju pada sesosok perempuan. Begitu juga kalau ada yang mengucapkan kata 'he' kita sudah tahu bahwa yang dimaksud adalah seorang laki-laki. Jika bahasa Inggris, bisa membedakan antara 'dia' laki-laki dengan 'dia' perempuan, kenapa bahasa Indonesia tidak ada?

Adalah sebuah pemikiran yang menarik, ketika Dahlan Iskan dalam sebuah tulisannya di disway.id mencetuskan bahwa harus ada pemisahan antara 'dia' laki-laki dan 'dia' perempuan dalam bahasa Indonesia. Sehingga ketika orang mengucapkannya dalam bahasa Indonesia, kita sudah tahu siapa yang dimaksudkan oleh lawan bicara kita. Seperti dalam bahasa Inggris. He dan she dibedakan.

Dahlan Iskan pun mengusulkan agar kata 'dia' diperuntukkan kepada sosok orang ketiga tunggal laki-laki, dan 'ia' diperuntukkan bagi perempuan. Pemikiran ini sangat menarik, karena kata 'dia' dan 'ia' sudah dikenal masyarakat Indonesia pada umumnya. Tetapi kedua kata tersebut, mempunyai arti yang sama tetapi masih belum ada pemisahan gender di antara kedua kata tersebut. 'dia' dan 'ia' tetap mempunyai arti yang sama.

Dan kita tidak tahu yang dimaksudkan itu laku-laki atau perempuan. Jadi, daripada kedua kata tersebut diartikan secara sama, kenapa tidak dipisahkan saja, kata 'dia' untuk laki-laki dan 'ia' untuk perempuan. Begitu pendapat dari Dahlan Iskan.

Tetapi menurut saya, seperti dalam bahasa Inggris 'he' digunakan untuk orang ketiga tunggal laki-laki dan 'she' digunakan untuk perempuan. Kenapa di dalam bahasa Indonesia, kita tidak menggunakan pola demikian? Kata 'He' terdiri dari dua huruf. Dan kata 'Ia' pun terdiri dari dua huruf, kenapa kata 'Ia' tidak kita gunakan untuk menunjukkan orang ketiga tunggal laki-laki seperti bahasa Inggris?

Begitu juga kata 'She', hanya mendapatkan tambahan satu huruf di depan kata 'He', demikian juga kata 'Dia', hanya mendapat tambahan satu huruf di depan kata 'Ia'. Jika 'Ia' digunakan untuk laki-laki, seperti kata 'He', maka kata 'Dia' menjadi cocok dengan kata 'She' yang digunakan untuk perempuan.

Dengan menggunakan kata 'Dia' untuk sosok perempuan dan kata 'Ia' untuk menunjukkan seseorang laki-laki, akan mempermudahkan kita membedakan gender ketika lawan bicara kita mengungkapkan sosok orang ketiga tunggal yang tidak kita ketahui namanya. Jika lawan bicara kita menggunakan kata 'dia' maka kita sudah bisa membayangkan bahwa yang dimaksud adalah sesosok perempuan, dan jika orang tersebut menggunakan kata 'ia' maka kita tahu bahwa yang dimaksud adalah laki-laki.

Jika kedua kata ini diterapkan dalam pergaulan sehari-hari, maka akan sangat membantu kita membedakan gender kata orang ketiga tunggal.

Karena ini hanya sebuah pemikiran dalam memperbaiki bahasa Indonesia, masih perlu kajian yang mendalam dari ahli bahasa Indonesia sehingga nantinya benar-benar bisa diterapkan secara umum.

Demkian, salam dari saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline