Lihat ke Halaman Asli

Danri Agus Saragih

Social Antropology

Belajar dari Fenomena Covid-19

Diperbarui: 2 Mei 2020   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 2019 menjadi tahun yang bersejarah bagi dunia termasuk Indonesia, sebab tahun 2019 sebuah pandemi muncul yaitu Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Covid-19 pertama kali di temukan di Kota Wuhan China, pandemi Covid-19  telah menggugurkan ribuan umat manusia di dunia termasuk Indonesia. 

Sebelumnya banyak narasi simpang siur yang muncul di tengah-tengah masyarakat Indonesia, mengatakan kalau Covid-19 tidak akan menyerang masyarakat Indonesia karena faktor iklim Indonesia yang tropis dan imun masyarakat Indonesia kuat terhadap covid-19. 

Narasi tersebut terbukti memang salah, awal bulan maret tahun 2020, pemerintah mengkonfirmasi dua orang warga negara Indonesia postif terinfeksi covid-19.

Jumlah yang terinfeksi covid-19 di Indonesia, pun dari hari kehari semakin bertambah sejak awal bulan maret 2020. Juru bicara pemerintah untuk penangan Covid-19 Achmad Yurianto, mengatakan jumlah korban jiwa di Indonesia mencapai 170 jiwa (Jakarta,Kompas TV 2/04/2019). Korban jiwa akibat virus corana berasal dari latar belakang yang berbeda, pun asal daerah mereka juga berbeda. Fenomena covid-19 menjadi sebuah bukti, bahwasanya manusia merupakan mahluk yang lemah.

Fenomena Covid-19  menimbulkan sistem harga pasar yang tidak wajar, segala peralatan yang di butuhkan untuk mencegah penularan covid-19 tiba-tiba harganya naik drastis. Pun sistem interaksi masyarakat Indonesia, menjadi sangat terbatas karena tidak keluar rumah. Apalagi pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Besar Besaran (PSBB), guna mencegah penularan dari covid-19. 

Kekhawatiran masyarakat Indonesia tidak hanya berasal dari daerah perkotaan, daerah pedesaan juga khawatir terserang oleh covid-19. Beberapa daerah pedesaaan akses masuk ke desa di jaga dan di lakukam penyemprotan disinfektan, bagi siapapun yang masuk ke desa tersebut. Sekarang seluruh lapisan masyarakat menjadi lebih lebih sadar lagi akan kebersihan, terkhusus makanan sehat dan kebersihan tangan untuk mencegah penularan Covid-19.

Terkhusus mencuci tangan, aktivitas ini menjadi sebuah budaya yang di jalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam pandemi Covid-19. Warung-warung di setiap pelosok kota dan pedesaan menyediakan tempat pencuci tangan, pun masyarakat menjadi lebih sering mencucui tangan, guna mencegah terinfeksi Covid-19. Begitu juga di area masuk akses suatu desa, selain penyemprotan disinfektan pencuci tanganpun di sediakan juga.

Pun dunia pendidikan juga harus membatasi interaksi langsung, guna mencegah penularan Covid-19. Pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat Ujian Nasional (UN), salah satu pointnya adalah penghapusan UN tahun 2020.  Penghapusan UN tersebut tentunya untuk menghindari interaksi langsung, diantara para peserta UN. 

Selain penghapusan UN, Nadiem Makarim juga menganjurkan untuk belajar dengan sistem dalam jaringan (daring). Sistem daring memang efektif untuk meminimalisir interaksi langsung, guna mencegah penularan Covid-19. Tentunya dengan sistem daring para murid harus memiliki handphone dan kuota internet, untuk memudahkan belajar dengan sistem daring.

Mereka yang memiliki handphone dan kuota internet, tentunya tidak ada masalah dengan sistem daring. Sebagian murid apalagi yang tinggal di desa tidak memiliki handphone, sistem daringpun bagi mereka sangat tidak efektif. Pun yang tidak memiliki handphone dan tinggal jauh dari akses pusat kota, harus pergi ke luar desa untuk mencari warung internet (warnet). Tentunya tidak bisa bagi sebagain murid hanya diam dirumah saja, karena mereka harus mencari warnet untuk menyelesaikan tugas sekolah keluar desa.

Fenomena Covid-19 juga mengakibatkan kematian, tentunya tidak satu orangpun yang menginginkan kematian, dari pandemi Covid-19 yang menimpa dunia. Sebagian mereka yang menjadi korban di Indonesia adalah tenaga medis yang bertugas merawat pasien Covid-19, dan mereka telah berjuang di barisan terdepan untuk merawat pasien Covid-19. Para korban Covid-19 adalah bagian dari masyarakat Indonesia terkhusus bagian dari daerah asal mereka, pun mereka memiliki identitas yang terdaftar secara administrasi pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline