Lihat ke Halaman Asli

Berita Asap, Penangkapan Tokoh Politik, dan Presiden

Diperbarui: 29 Oktober 2015   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatra dan Kalimantan menyebar sampai lebih dari tiga perempat wilayah Indonesia, termasuk di atas langit Jakarta, menurut pantauan satelit Himawari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG, Minggu (25/10). Demikian bunyi siaran pers dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang dilansir media massa. Siaran pers ini mengetuk pikiran saya untuk menulis di media sosial.

Saya awali dari kenangan sekitar 12 tahun lalu, saat bertugas meliput kebakaran hutan di Kalimantan Tengah bersama Kementerian Kehutanan. Saat itu, saya terbang dari Jakarta dan mendarat di Banjarmasin untuk menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dengan mobil.

Penjalanan dari Banjarmasin menuju Palangkaraya kami tempuh dengan membelah kepungan asap dan hadangan lidah api dari kiri dan kanan jalan. Api tersebut bisa membesar tiba-tiba setinggi 3 – 4 meter. Selain itu, di kiri kanan kami terlihat lahan yang hangus menghitam dengan titik-titik bara api.

Saya juga merasakan udara panas dan bau menyengat hidung sepanjang perjalanan. Bahkan, saya pada saat itu tidak bernafsu untuk makan karena bau akar-akar pohon terbakar membuat perut mual. Saat di perjalanan, kami pun melintasi perkampungan yang dipenuhi asap. Nampak, penghuninya tetap tenang bercengkrama dengan asap yang memenuhi rumah mereka.

Sepanjang perjalanan kami melihat upaya pemadaman api yang sangat sederhana. Pemadaman dilakukan oleh aparat TNI dan Polri saat itu hanya menggunakan slang-slang air yang disedot dari sumber-sumber air yang masih ada di sana. Mereka juga hanya memanfaatkan ranting-ranting pohon dan parang. Pada waktu itu, saya dan rombongan juga sempat wawancara dengan Gubernur Kalteng saat itu. Seingat saya, waktu itu, sang Gubernur mengaku kesulitan menangani kebakaran hutan. Pasalnya, karena beliau sulit mengumpulkan bupati-bupati yang wilayahnya terdapat titik api.

Kini kita baru tersentak setelah asap menghantam tiga perempat wilayah Negara kita. Kerugian materi tak ternilai lagi, korban jiwa berjatuhan, bahkan kita tidak tahu efek apa yang terjadi bagi kesehatan orang-orang yang kini hidup terpapar asap berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Kini hampir 12 tahun sudah, pimpinan Negara pun sudah berganti, mulai dari Presiden Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Soesilo Bambang Yudhoyono 2 periode, hingga kini Joko Widodo. Gubernur dan bupati di wilayah hutan terbakar pun sudah berganti-ganti. Namun kebakaran hutan malah makin menggila.

Yang membuat hati saya bertambah sedih, berita tentang asap ini awalnya pun kurang menjadi perhatian media massa nasional. Bahkan beberapa tokoh berkuasa pun mengeluarkan statement: “Asap jangan dipolitisir”. Namun, Alhamdulillah, setelah hampir empat bulan kurang dilirik, namun minggu-minggu belakangan ini, sejak ada penangkapan seorang tokoh partai berpengaruh di pemerintahan saat ini, tiba-tiba, sebuah televisi swasta yang awalnya terkesan malas meliput kebakaran hutan, kini begitu bersemangat. Terasa ada upaya menutup isu korupsi yang melanda partai pemilik televisi tersebut.

Namun saya tidak perduli, karena melihat efek luas wilayah, korban manusia, sumber daya alam dan perekonomian negara sudah seharusnya, kebakaran hutan ini menjadi BERITA UTAMA SETIAP HARI di media media nasional kita.

Sebagai penutup tulisan ini, bagi Presiden Jokowi dan para Menteri-Menteri terkait dan para Anggota DPR sudah saatnya Anda jangan cuma berwacana. Pemerintah harus berani menyikat habis mafia pembakar hutan dan lahan ini. Bagi Menko Kesra Ibu Puan Maharani sudah saatnya anda menunjukan kemampuan kerja Anda mengkoordinir Menteri di bidang kerja anda untuk menyelamatkan rakyat yang menderita. (***)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline