Lihat ke Halaman Asli

Danny Prasetyo

Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Pemilu 2019 di Mata Generasi "Zaman Now"

Diperbarui: 13 Januari 2019   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Wah calegnya tidak ada yang dikenal, cuma tahu capres aja." Pernyataan tersebut penulis dapat dari calon pemilih pula yang hidup di era millenial atau dikenal dengan generasi zaman now. Tentu saja keinginan untuk mengikuti pemilu pertama kalinya sebagai seorang pemilih mendorong tingkat partisipasi politik yang tinggi dari remaja yang akrab dengan internet dan gadget tersebut. 

Meski mereka akrab dengan dunia digital, akan tetapi rasa ingin tahu mereka terhadap para calon pejabat publik tersebut tidaklah setinggi dengan keinginan untuk datang ke tempat pemungutan suara pada bulan April 2019 nanti. 

Bukankah merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi para millenial ini yang akrab dengan internet untuk mencari tahu bagaimana calon anggota legislatif, partai politik maupun juga calon presidennya dari sumber informasi yang berlimpah melalui internet? Akan tetapi, ternyata hal tersebut belum menjadi budaya bagi sebagian dari mereka untuk mencari tahu tetapi lebih senang untuk menjadi pengikut apa yang sedang menjadi trending topik di media sosial mereka saat ini. 

Pendidikan politik menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan demokrasi khususnya pemilu bagi generasi zaman now ini. Tentu saja hal ini harus menjadi segi prioritas juga bagi Komisi Pemilihan Umum dalam melakukan sosialisasi tentang kepada para pemilih pemula, selain juga melakukan sosialisasi tentang kapan dan bagaimana Pemilu 2019 berlangsung. 

Bagi generasi zaman now ini, mereka sebenarnya juga butuh informasi yang formal dan benar agar tidak hanya percaya saja dan menelan mentah-mentah apa yang mereka dapat dari grup-grup media sosial yang mereka ikuti. 

Menjadi hak bagi warga negara untuk mengikuti pemilu dan juga siapa saja calon wakil mereka yang nantinya akan duduk sebagai anggota legislatif dan juga siapa pemimpin atau presiden mereka mendatang. 

Hal yang terkadang membuat penulis menjadi miris saat menjelang pemilu, maka suara pemilih pemula yang notabenennya cukup besar seolah tidak menjadi perhatian penting untuk diberikan pengetahuan dan sosialisasi yang cukup. Tentu saja sosialisasi tidak sebatas pada bagaimana cara memilih dan mengapa harus memilih, akan tetapi juga bagaimana supaya dapat menjadi pemilh yang cerdas dan tidak asal pilih. 

Era digital dan informasi yang makin banyak bisa didapat sebenarnya menjadi peluang namun juga tantangan, karena jika tidak mengetahui bagaimana menggunakannya maka justru akan menjadi bumerang dan bukannya keuntungan. 

Semoga saja Pemilu 2019 menjadi pemilu yang tidak hanya tinggi tingkat partisipasi politik tapi juga tinggi dalam kecerdasan memilih terlebih khusus bagi generasi zaman now. 

Salam Kompasiana

(dny)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline