Lihat ke Halaman Asli

Doa Ibu

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak pernah bemimpi bisa berjalan-jalan ke luar negeri, sampai setahun yang lalu aku didorong oleh guruku, sekaligus temanku untuk apply beasiswa ke China. Kejadian selanjutnya adalah benar-benar diluar dugaan. Aku diterima.

Bulan Agustus tahun 2011 kemarin berangkatlah aku ke Nanchang, ibukota provinsi Jiangxi, China. Saat aku tiba disini masih musim panas. Meskipun saat berangkat, Jogja juga panas, tapi panasnya Jogja tidak sepanas di Nanchang ini. Dua hari pertama aku sampai mandi empat kali sehari saking panasnya.

Hari pertama kuliah, salah seorang guru memberitahu, iklim di Nanchang ini ekstrim. Beliau mengharapkan kami bisa bertahan menghadapi perubahan suhu disini. Beliau menambahkan, sebentar lagi China akan memasuki musim gugur. Dimana perubahan suhunya tidak bisa diprediksi.

Kami semua kaget.

Aku bertanya, apakah turun salju ada musim dingin nanti? Beliau menjawab, ya. Ada salju. Meskipun tidak setebal di China bagian utara, tapi ya, ada salju.

OMG.

Sorenya, aku bertanya kepada teman-teman satu apartemenku dimana kami bisa membeli perlengkapan musim dingin ke beberapa orang Afrika yang lebih dulu belajar disini. Mereka menjawab, jangan beli sekarang. Di China sini pakaian dan perlengkapan yang dijual selalu mengikuti musimnya. Musim panas tidak ada toko yang jual perlengkapan musim dingin. Juga sebaliknya. Kalau adapun, harganya mahal. Beda jika benar sudah masuk musimnya. Harganya bisa turun drastis. Kalau kau bisa bahasa Mandarin, bisa dapat lebih murah lagi. Jadi begitu mulai masuk musim dingin, segeralah ke pusat perbelanjaan di kota.

Ok.

Bulan Oktober akhir sampai akhir November (atau Desember?), mungkin adalah musim gugur. Perubahan suhunya sangat ekstrim. Pernah suatu pagi aku dan beberapa orang teman pergi ke kota mencari beberapa barang. Saat berangkat, suhu udara lumayan panas, tapi awan mendung menggantung di langit. 29 derajad celcius. Saat turun bis, hujan. Suhu turun ke 21 derajad. Saat berjalan ke pusat perbelanjaan, aku yang hanya memakai kaos tipis merasa sangat kedinginan. Kulihat layar HP ku yang ada fasilitas widget pengukuran suhu udaranya: 19 derajad!

Belum ada 30 menit kami berjalan, tiba-tiba hujan berhenti dan matahari keluar dengan teriknya. Suhu udara berubah lagi: 26 derajad.

Malamnya, angin bertiup sangat kencang. Juga dingin. Suhu: 11 derajad.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline