Lihat ke Halaman Asli

DANNY ANDRERIZALDI

Never give up

Persoalan Mengenai Rendahnya Literasi Gizi

Diperbarui: 31 Oktober 2020   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tingkat literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, menempati ranking terbawah kedua di dunia, Indonesia berada pada posisi 60 dari 61 negara dalam hal literasi. Data ini diperoleh berdasarkan studi Most Littered Nation In The World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu. Berdasarkan hal tersebut Indonesia berada tepat diatas Bostwana (61) dan persis dibawah Thailand (59).

Padahal literasi diperlukan agar masyarakat bisa mengambil keputusan dengan tepat. Termasuk soal memenuhi kebutuhan gizi dari makanan. Pada berbagai studi menunjukkan pengetahuan gizi sangat mempengaruhi persepsi, pemilihan, dan pola makan masyarakat.

Menempati posisi ke-2 negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia. Indonesia memiliki setidaknya 77 jenis pangan untuk sumber karbohidrat, 75 jenis protein, 36 jenis kacang-kacangan, 228 jenis sayuran dan 389 jenis buah-buahan. Jumlah yang cukup banyak dan variatif ini seharusnya sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari masyarakatnya jika dapat dikombinasikan dengan tepat.

Berbanding terbalik dengan keanekaragaman hayati pangannya, pola konsumsi masyarakat Indonesia belumlah selaras dengan angka kecukupan gizinya. Sebagai gambaran umunya, masyarakat hanya mengenal nasi sebagai sumber utama kecukupan karbohidrat untuk seharinya-harinya. Padahal masih terdapat berbagai macam sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi selain nasi, seperti kentang, ubi, singkong, sagu dan jagung.

Kondisi rendahnya pemahaman masyarakat mengenai sumber gizi inilah yang kemudian mempengaruhi angka kecukupan gizi masyarakat. Kekurangan atau kelebihan gizi dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang.

Literasi gizi bukan hanya persoalan memahami kandungan gizi tetapi juga pada pengambilan keputusan dan pemilihan bahan pangan. Karena rendahnya pemahaman masyarakat mengenai gizi, masyarakat masih terjebak pada banyaknya mitos mengenai makanan, makanan kurang beragam, rentang jarang sarapan karena dianggap kurang penting, serta banyaknya kekeliruan tantang bahan makanan yang menjadi prioritas.

Akibat latennya adalah meski makan cukup, namun belum tentu angka kecukupan gizinya terpenuhi. Kebanyakan yang terjadi adalah kekurangan gizi atau sebaliknya yakni obesitas. Seperti tren isu kesehatan yang sering meningkat dekade ini.

Dalam upaya meraih pemenuhan gizi seimbang dibutuhkan literasi gizi yang baik agar seseorang paham dengan kandungan nilai gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sangat penting bagi masyarakat untuk memahami tentang kandungan nilai gizi dasar serta takaran dan proporsi yang tepat dari makanan dan minuman sedini mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline