Ada jalan berlubang yang digenangi air keruh berwarna cokelat, genangannya tidak pernah berhenti meronta setiap kali roda-roda masuk sesaat dalam keciprak, air menggeliat keluar dari lubangnya, bunyi itu didengar berdecak basah, mungkin itu yang dinamakan becek, ya memang jalan itu terdapat koloni-koloni lobang becek yang bertebaran
Rusak, belum terjamah aspal atau cor padahal wilayah sekitar sudah nyaman dilalui kendaraan apa saja, roda dua atau empat, entahlah bagaimana kisahnya jalan dikampungku itu tidak tersentuh menurut informasi dalam musrembang tingkat kecamatan turun kedesa jalan itu pernah jadi prioritas perbaikan, tapi entah mengapa kemudian mentah lagi, selalu begitu dan begitu
Tetapi sudahlah, jalan hancur itu bukan masalah untuk dilewati puluhan kali lebih mobil dari berbagai merek, dari harga puluhan juta sampai milyaran juga pernah melewati kampung kami, mungkin itu mobil seorang pengusah jakarta yang ingin invstasi didaerah tersebut, bayangkan jalan rusak parah dihantam terus laju kendaraan dapat dibayangkan semakin buruknya kondisi jalan tersebut!
Mobil semakin banyak, tidak seperti tahun-tahun kemarin, mungkin hanya satu dua mobil yang lewat tetapi sekarang, minta ampun!, luar biasa kelipatan pemilik roda dua dan empat yang melewati kampung kami, kurun waktu semakin kedepan bukannya bertambah kurang pemilik sipeminum bensin tersebut, justru semakin menggila jumlahnya, gejala apa ini?
Benar-benar aku bingung, bingung banget apa yang bisa disebut kesusahan ketika mereka bilang harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi, keluh kesah dalam berita, keluh kesah sandang pangan semakin sulit dijangkau, tetapi kenapa setiap hari mobil baru bertambah dijalan itu, hampir setiap hari ada saja pemilik mobil baru
kemaren tetangga kredit katanya murah uang mukanya, yang bayar suami istri karena keduanya bekerja di PT sebagai buruh, buruhpun beli mobil, mungkin UMR nya sudah memadai kali ya, sudah tak heran disana seorang pemuda pegawai pabrikan beli atau kredit mobil, penuh sesak jalan kami dengan mobil belum lagi motor yang mengganas jumlahnya, ada apa ini?
Mengeluh harga-harga semakin tinggi, cabe, bawang, tomat, susu, realitanya? tingkat kehidupan warga didesa kami semakin bergengsi, orang kampung tak asing dan norak lagi sama yang namanya mobil, mobil merek-merek pasaran begitu banyak dan kalau dipikir harganya pun tak murah-murah amat sampai ratusan juta jika kredit
tetapi kenapa semua bisa!, lalu apa singkronisasinya dengan yang mereka bilang sosok negeri menyiksa rakyat? Dengan alasan BBM membumbung tinggi, logikanya kan dengan keadaan itu mobil semakin berkurang susah beli bensin, tetapi kenapa kampung kami dipenuhi orang-orang baru beli mobil, mobil sudah bukan barang yang mewah, biasa saja, ini membingungkan
Disisi lain orang protes harga BBM, sisi sebelahnya lagi motor baru tetangga turun dari mobil dealer, tidak satu, dua, motor mereka miliki, sekarang satu rumah keluarga dapat dipastikan memilik lebih dari dua kendaraan bermotor, lalu bagaimana ini ketika teriak-teriak mereka kesulitan karena BBM, tetapi beli mobil hayo aja? Bingung, benar-benar bingung!, ngung. Kalau orang sudah punya mobil atau motor lebih dari satu seharusnya urusan perut bukan masalah kan? , udah a mendingan terusin ngopi.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H