Pak gubernur adalah pelajaran terbaik buat masyarakat baik itu pegawai rendahan PNS atau pabrikan, pedagang, wiraswastawan, semua lapisanlah, banyak hikmah yang diambil dari peristiwa yang sedang jadi undakan teratas tangga-tangga peristiwa dalam negeri sehingga albumnya yang berjudul pak gubernur vs DPRD DKI menjadi laris manis sebagai opini publik dan makanan empuk media.
Ada mereka yang segera menyadari bahwa karakter ahok yang tempramental dan sering mengeluarkan kata-kata sembarangan adalah sebuah sikap yang salah, dan menjadikan pegangan buat dirinya sendiri untuk berubah, niscaya jika tidak ada bapak gubernur, dia mungkin tidak merenungi dan instropeksi terhadap dirinya sendiri karena sebenarnya dia juga serupa ahok hanya levelnya saja mikro, sangat kecil hingga untuk tingkat kelurahan saja tidak terditeksi
Jadi buat apa dia membahas dan ikut menggunjing ahok kalao dia sendiri juga serupa, makanya tentang apa yang pernah dia katakan sama teman-temannya bahwa ahok itu tak senonoh kalimat dengan jabatan ditariknya kembali, dia tidak ingin membahasnya lagi, seolah-olah kesalahan pak ahok tidak juga berada dalam dirinya, padahal tak ada beda saya sama pak ahok hanya beda muatan kerja, mungkin saja kalimatku jika emosional lebih jorok dari ta* dan bikin nafsu perempuan, aih,aih, dani genit dweh..
Jika aku mengatakan tidak baik dan itu tidak pantas maka itu bukan untuk pak gubernur melainkan kaca buatku sendiri, tidak layak aku ikut-ikutan memburuk-burukin beliau, emangnya aku tidak pernah mengumpat seperti beliau, emangnya gua guru spiritaul, emangnya gua suci, ih malu dweh!, yang pantas bilang dan memaki karakter ahok ialah orang-orang suci dan belum pernah terlibat kesalahan, itu baru cuocok!, kalau aku, waaaaaah malu i.
Jadi mereka yang merasa belum pernah bersikap dan mengatakan sesuatu seperti ahok dipersilahkan untuk menuliskan atau memakinya, karena itulah bukti bahwa anda bersih, tidak pernah aniaya dan berkata kotor walau pun sebesar ta* nya pak ahok, agar kamu dikenali sebagai orang yang dipilih dan menjalankan tugas sebagai pengemban etika berkomunikasi, kalao saya mah engga dah saya hanya mengambilnya sebagi pelajaran buat diri saya sendiri, kalau ternyata emang itu kudu saya rubah, terimakasih pak gubernur telah mengingatkan saya, ngopi a, ....ciiiiiha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H