Lihat ke Halaman Asli

Pembangunan Infrastruktur Dicanangkan untuk Mengatasi Problem Sosial di Papua

Diperbarui: 27 Januari 2018   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak masa kampanye, Presiden Joko Widodo selalu disudutkan sebagai pihak yang kerap melakukan pencitraan. Kemenangannya pun diklaim oleh para oposisi sebagai hasil pencitraan tersebut. Namun, benarkah demikian?

Bahkan, apa yang dikerjakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi selalu di cap pencitraan oleh pihak-pihak lain, padahal itu  tujuannya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Misalnya, terkait pembangunan di Papua, itu juga dinyinyiri sebagai pencitraan oleh para oposan. Mereka menyebut pembangunan infrastruktur di Papua hanyalah cara Jokowi mengamankan suara di sana.

Padahal kita tahu, Papua merupakan wilayah yang selama ini ditinggalkan oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Di sanalah ketimpangan di Indonesia itu terpampang dengan sangat jelas.

Pembangunan infrastruktur berupa jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara di Papua merupakan langkah Presiden Jokowi untuk menciptakan pemerataan pembangunan itu. Juga agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

Hal itu secara konseptual dilakukan dengan menciptakan akses dan konektivitas antar wilayah agar daerah yang selama ini terisolasi dapat terbuka dan dicapai dengan mudah.

Namun rupanya itu tak cukup bagi para pihak yang berseberangan dengan Istana saat ini, saat kasus kelaparan di Asmat mencuat, pemerintah Jokowi juga dituduh tidak memperhatikan mereka. Selain itu juga disalahkan karena hanya berfokus membangun infrastruktur saja. Namun benarkah demikian?

Untuk menilai suatu masalah, seyogyanya kita harus berpikir holistik. Kita tidak bisa menggunakan satu sudut pandang saja, namun harus menyeluruh agar gambaran besar itu terlihat.

Dalam kasus kelaparan di Asmat, pada dasarnya terlihat bahwa pemerintahan Presiden Jokowi tidak menutup-nutupinya. Dapat dikatakann bahwa Presiden tidak melakukan pencitraan sama sekali, dimana biasanya pemerintahan lainnya menutupi itu dengan menyebutnya dalam bahasa eufimisme sebagai "kekurangan pangan" atau "krisis pangan".

Sebaliknya, media besar justru mengangkatnya secara luas. Presiden Jokowi pun juga meminta agar kasus tersebut dibuka secara publik agar dapat diselesaikan secara optimal.

Adanya pembangunan infrastruktur di Papua sebenarnya juga tidak pernah bertolak belakang dengan masalah-masalah sosial di sana. Justru adanya pembangunan tersebut  untuk mengurangi kejadian-kejadian serupa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline