Lihat ke Halaman Asli

Rekening Capres

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sumarjo bersimpati dengan rela merogohkan koceknya untuk menyumbang Rp 40 ribu ke rekening salah satu pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi PDIP. "Ini uang hasil keringat saya dari bekerja kemarin," kata warga Kelurahan Turisari yang bekerja sebagai penjahit ini. Sumbangan itu hasil dari ongkos menjahit satu potong baju. http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/02/269581774/Berjubel-Warga-Surakarta-Sumbang-Jokowi

Sumarjo itu bukan pekerja industrialis dan tidak dilingkungan industrialis. Sumarjo itu satu dari jutaan masyarakat yang kurang lebih sama kondisi ekonominya. Ada “Sumarjo” sebagai petani, tukang becak, buruh, nelayan PRT, pemulung dll. Sumarjo-Sumarjo itu belum bisa menyisakan untuk menabung. Sumarjo itu masih gamang utk masa depan sekolah anaknya. Bahkan Sumarjo-sumarjo itu “tidak boleh” sakit karena tidak memiliki biaya untuk berobat. Kita tahu dan menyaksikan hal itu !

Iya.., Sumarjo-Sumarjo itu “bersimpati dan rela” sebagai WNI yang baik berpartisipasi dalam Pilpres. Pertanyaannya atas kondisi itu, apakah kita #ora mikir dan tega dengan membuka rekening capres (dari kubu mana pun), mendorong-dorong Sumarjo-sumarjo itu, agar mereka “bersimpati dan rela” merogoh koceknya yang diperoleh sehari utk hidup sehari, atas nama kedalaman simpati dan partisipasi untuk sebuah pesta demokrasi pilpres?. Apakah simpati dan kerelaan itu sudah memadai mereka peroleh tentang informasi Pilpres?. Padahal mereka berada dalam kondisi terbatas akses informasi dan komunikasi. Sepantasnya lah justru elit #mikir, berempati dan bersimpati (berbuat) kepada mereka, agar mareka hidup lebih layak. Sepantasnya lah , sekecil apa pun, justru elit berbuat untuk mereka agar memiliki akses informasiPilpres. Sebaiknya, jangan hipnotis mareka dengan gegap gempita demokrasi Pilpres untuk mengorbankan puluhan ribu rupiah yang sangat berarti bagi keluarganya. Sebaiknya, jangan rayu mereka atas nama untuk menjadi WNI yang baik dengan mengabaikan keringat mareka bekerja. Terbayangkah oleh kita kerentanannya misalnya, pertengkaran suami isteri di antara mereka, hanya gara-gara si suami menyetor ke rekening capres?. Terbayangkah, uang puluhan ribu rupiah itu, mengorbankan belanjar anak sekolah mereka yang berbeda kemampuan ekonominya dengan anak keluarga manajer. Puluhan ribu rupiah bagi keluarga mereka, seperti penyelamat ketika berada dalam air yang sudah sebatas hidung. Mereka bukan kelompok masyarakat yang secara ekonomi aman, ketika jangankan  juta rupiah melayang, ratusan ribu saja bisa menggoncang ekenomi keluarganya. Sekali lagi, mareka belum menjadi masyarakat industrialis yang bisa aman secara sosial maupun ekonomi, ketika bahkan uang puluhan juta rupiah menyumbang untuk rekening capres. Mereka tidak hidup di negara Obama !. Berempati dengan #mikir justru dalam musim Pilpres ini adalah pendidikan politik yang lebih bermakna.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline