Lihat ke Halaman Asli

Likadarma

Lingkar Kajian Kedaerahan Pemalang

Antara Mahasiswa dan Ke-Pemalangan yang Seharusnya

Diperbarui: 26 September 2022   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Maha dan siswa satu kesatuan kata dengan membesarkan nama siswa. Siswa dengan penilaian umum kepada pelajar dari SD sampai SMA, setelahnya menjadi ‘mahasiswa’ yang berpenghuni di perguruan tinggi, kampus, institusi atau universitas. 

Mahasiswa pada umumnya adalah seseorang yang berusia minimal 18 tahun, di fase itulah seseorang sudah memantapkan pendirian teguhnya melalui akal yang sehat baginya, sehingga biasanya mahasiswa ditanam harapan oleh sebagian masyarakat kampung halamannya. Namun demikian, tidak sedikit mahasiswa menyia-nyiakan waktunya untuk berbaring di atas kasur seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya,

Mahasiswa yang seharusnya, ia tidak apatis terhadap lingkungan di sekitar, karena peran mahasiswa tidak seperti siswa-siswa SMA sederajat yang dengan nikmatnya sekedar memahami pelajaran saja, tetapi ia adalah ‘maha’ dari siswa untuk mengamalkan kemampuannya bagi masa depan bangsa. Mahasiswa sering kerap diharapkan sebagai agen perubahan bangsa, sehingga hadirnya amat penting di dalam lingkungan masyarakat untuk mengontrol, tidak sekedar mengamati.

Di dalam sebuah diskusi Likadarma (Lingkar Kajian Kedaerahan pemalang) dengan tajuk “Antara Mahasiswa dan KePemalangan yang Seharusnya” menuangkan beberapa poin yang semestinya dapat dilakukan mahasiswa terhadap Pemalang. Keseharusan tersebut tertuang melalui kesadaran sebagai mahasiswa demi memajukan dan melestarikan Pemalang yang lebih layak dan tulen. Sebagaimana sumpah mahasiswa Indonesia sendiri:

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,

Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah

Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah

Berbahasa satu, bahasa tanpa pembohongan

Setelah berdiskusi, kami mengambil lima poin penting yang mustinya dapat disumbangsihkan oleh mahasiswa setelah, atau ketika pulang ke kampung asalnya. Jika poin-poin ini diamalkan, maka ada secercah kemungkinan Pemalang akan mengalami sedikit perubahan ke arah yang lumayan berkualitas. Lima poin termaksud itu antara lain:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline