Di awal-awal abad ke-21 ini proses digitalisasi sangat padat, tak heran pengguna smart phone di Indonesia sendiri mencapai 83,6%. Terlepas dari itu, maraknya informasi negatif yang ada dan tersebar pada platform mereka, menjadi tantangan tersendiri atas globalisasi digital ini. Masyarakat, anak muda, khususnya Gen-Z menjadi sasaran empuk bagi informasi hoaks yang tersebar ini. Tak heran, dilansir dari Liputan6.com, Ungkap Millenial dan Gen-Z Lebih Rentan Terpapar Hoaks. Selain itu, berdasarkan survey dari Kemenkominfo mencatat, sedikitnya ada 12.547 konten hoaks yang beredar sepanjang Agustus 2018 sampai Desember 2023.
Dengan menganalisis fakta tersebut, kita dipaksa untuk menyadari bahwa betapa maraknya informasi yang mengelilingi kita, mari kita memilahnya dengan Menerapkan Konsep Dialektika untuk Mencegah Disinformasi.
Pengertian Dialektika dan Disinformasi
Dialektika adalah sebuah metode berpikir yang melibatkan pertukaran ide-ide yang saling bertentangan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Proses ini melibatkan pengujian ide-ide melalui debat dan analisis kritis. Disinformasi, di sisi lain, adalah penyebaran informasi yang salah secara sengaja dengan tujuan menyesatkan atau memanipulasi orang lain. Disinformasi seringkali dibuat untuk mencapai keuntungan politik, ekonomi, atau sosial tertentu.
Peran Dialektika pada Disinformasi
Dalam konteks mencegah disinformasi, dialektika dapat membantu kita menguji kebenaran suatu informasi dengan cara membandingkannya dengan informasi lain yang relevan, termasuk informasi yang bertentangan. Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi bias, logika yang salah, atau bukti yang tidak memadai dalam suatu informasi. Proses dialektika ini mendorong kita untuk berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang keliru.
Mengimplementasikan Konsep Dialektika
Utuk melawan berita Bohong (disinformasi), kita bisa menggunakan 3 cara ini:
1. Periksa sumber beritanya.