Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Saat Negara Normalisasi Diskriminasi Usia

Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batasan usia dalam lowongan pekerjaan menjadi momok tersendiri bagi sebagian pelamar. | Foto: Antara

Asep (bukan nama sebenarnya) pernah bercerita tentang sulitnya masuk ke perusahaan tertentu. Ketika lulus kuliah, ia berusia 23 tahun dengan modal pengalaman organisasi dan magang.

Ia lalu mencoba mengirim lamaran ke bank. Salah satu syarat yang tertera adalah adanya batasan usia yaitu 23 tahun dan maksimal 25 tahun untuk S1. 

Dua Minggu berselang, Asep menerima pemberitahuan. Singkatnya ia tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan sehingga harus menunggu selama dua tahun lagi untuk bisa melamar di perusahaan tersebut.

Setelah resign dari tempat kerja, Asep lalu mencoba melamar pada perusahaan yang dulu ia lamar saat berstatus fresh graduate itu. Kali ini, ia cukup percaya diri karena telah memiliki pengalaman kerja. Harapan diterima di perusahaan impian itu cukup besar dengan modal pengalaman di bidang marketing.

Akan tetapi, lagi-lagi perusahaan tersebut menolak Asep. Kali ini, Asep ditolak karena usianya sudah 25 tahun lebih dua bulan. Asep adalah salah satu teman saya yang memiliki pengalaman melamar kerja yang ditolak karena batasan usia.

Di sisi lain, batasan usia kerja lumrah kita jumpai dalam poster lowongan kerja. Selain batasan usia kerja, terkadang ada posisi kerja yang mensyaratkan penampilan menarik alias good looking.

Namun, batasan usia yang sering menjadi sorotan. Adanya batasan usia dinilai diskriminatif karena untuk usia-usia tertentu dianggap sudah tidak produktif. Padahal dari sisi kualifikasi jelas memenuhi.

Pada akhirnya, kelompok seperti ini ditolak bukan karena tidak memenuhi kualifikasi lagi tapi dari sisi usia. Tentu hal tersebut menyakitkan karena faktanya bagi mereka yang berusia 27 tahun ke atas tetap butuh makan. 

Munculnya Ageisme

Diskriminasi usia atau ageisme lumrah kita temui baik dalam ranah pendidikan atau dalam dunia kerja. Misalnya dalam ranah pendidikan bisa kita jumpai saat ingin mendaftar UTBK (dulu SBMPTN).

Maksimal bisa mendaftar SBMPTN adalah dua tahun setelah kelulusan SMA. Nah jika gagal dua kali, sudah dipastikan gagal masuk universitas yang diimpikan. Hal itu karena tidak ada kesempatan ketiga karena syarat tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline