Nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sempat menjadi perbincangan di media sosial. Pangkalnya adalah karena seorang guru honorer yang bernama Sabil dipecat setelah melontarkan kritik pada orang nomor 1 di Jawa Barat itu.
Sabil berkomentar dalam unggahan terbaru Ridwan Kamil yang memberi apresiasi siswa di Tasikmalaya karena patungan membeli sepatu kepada teman sekelasnya, Selasa (14/3/2023).
Sabil berkomentar dalam bahasa Sunda, "dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???? ("Dalam zoom ini, kamu lagi jadi gubernur atau kader partai atau pribadi)" tulis Sabil.
Hal itu dilontarkan karena RK memakai jas berwarna kuning yang identik dengan Partai Golkar, partai tempat ia bernaung.
Tak lama setelah itu, RK pun membalas komentar tersebut dalam bahasa Sunda "ceuk maneh kumaha?" (menurut kamu gimana?)
Di luar dugaan, komentar yang sebenarnya biasa itu berujung pemecatan bagi Sabil. Jika diteliti, banyak yang menyebut apa yang dikatakan Sabil tidak sopan terutama menyebut RK dengan kata "maneh."
Selain itu, beberapa netizen menyebut jika seorang guru sebaiknya memberi contoh yang baik terutama dalam berbahasa. Tapi, menurut saya hal itu berlebihan.
Bahasa Sunda beragam
Sejak duduk di sekolah dasar, saya dijejali materi muatan lokal, salah satunya bahasa Sunda. Sampai saat ini saya masih ingat dalam bahasa Sunda ada hierarki tersendiri. Atau biasa disebut undak unduk basa sunda.
Kosa kata dalam bahasa Sunda banyak. Tapi, jika dalam bahasa Inggris dikenal dengan perubahan kata terutama soal waktu, maka dalam bahasa Sunda penekanan kata tersebut tidak demikian.