Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Menghilangkan Stigma Negatif terhadap Penderita HIV/AIDS

Diperbarui: 1 Desember 2021   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi HIV/AIDS. | Sumber: Shutterstock via KOMPAS.com

Sebagai makhluk hidup, tentu kita ingin tetap sehat agar bisa melakukan aktivitas dengan normal. Untuk itu, kita harus tetap menjaga pola hidup sehat agar tubuh kita tetap fit. 

Ketika covid-19 menjamur di negeri ini, banyak dari kita yang parno terhadap penyakit itu. Ketakutan pada virus tak kasat mata itu menular pada mereka yang terjangkit virus. 

Beberapa kasus sering kita dengar bahwa mereka yang dinyatakan covid-19 kerap mendapat perlakuan diskriminatif. Bahkan, ada yang mengusir mereka dari rumahnya sendiri. 

Alasan itu dilakukan demi menjaga agar lingkungan sekitar tetap steril. Padahal, perbuatan itu jelas mediskreditkan penyintas, dan seakan membuat covid-19 adalah aib. Jadilah mereka bungkam untuk memberi tahu kondisi yang sebenarnya. 

Fenomena ketakutan akan penyakit tertentu bukan hal baru. Sudah menjadi rahasia umum, jika penderita HIV/AIDS kerap mendapat perlakuan serupa di lingkungan masyarakat. 

Dalam hal ini, saya hanya ingin berbicara soal hak asasi yang dimiliki oleh ODHA tersebut. Kedudukan mereka sama di mata hukum dan sosial, hanya saja sikap parno dan kurangnya ilmu akan penyakit itu membuat perlakuan diskriminatif tetap ada. 

Dilansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), pada 2020 saja, sekitar 37, 7 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV, sekitar 680 ribu orang meninggal akibat HIV dan 1,5 juta orang dinyatakan terinfeksi HIV di tahun yang sama.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan mencatat hingga Maret 2021 lalu, jumlah orang dengan HIV mencapai 427.201 orang dan jumlah orang dengan AIDS mencapai 131.417.

Kian hari kasus HIV/AIDS bertambah, namun akses bagi para penyintas tidak merata. Apalagi saat pandemi covid-19, cemooh dan dikucilkan bukan hal asing bagi para penyintas penyakit menular ini. 

Munculnya Stigma Negatif 

Stigma negatif terkait penyintas HIV/AIDS lahir dari ketidaktahuan. Tentu saja hal itu lahir karena kurangnya sosialisasi tentang penyakit ini. Sehingga rasa parno terhadap HIV/AIDS tetap ada dan lestari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline