Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Hustle Culture, Budaya Gila Kerja dan Buaian Kesuksesan di Balik Kata Kerja Keras

Diperbarui: 7 Desember 2021   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hustle culture, budaya gila kerja. | sumber: pixabay

Suatu ketika, saya dan teman tengah asyik nongkrong di teras rumah. Teman saya khusyuk menunduk pada ponsel dan ocehan saya diacuhkan, obrolan yang tadinya asyik jadi berhenti karena satu notifikasi di HP. 

Notifikasi itu ternyata perintah dari si bos untuk mengerjakan laporan. Teman saya pun bergegas pergi ke rumah untuk mengerjakan perintah si bos. Tak lama setelah itu, ia kembali lagi. 

Obrolan kembali dilanjutkan, teman saya menyebut bahwa selama sebulan ia tak pernah mengambil libur. Bahkan, libur mingguan yang disediakan perusahaan tak diambil dengan alasan ingin tetap produktif. 

Apalagi bekerja sebagai sales, tentu harus memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jadi, libur satu hari bisa dimanfaatkan untuk mengejar target tersebut. 

Sampai pada akhirnya teman saya sadar bahwa hal itu tidak baik, khususnya untuk kesehatan. Meskipun bekerja keras tak mengambil libur, tetap saja gaji ya UMR. Atau jika target tercapai ada lebih sedikit. 

Mungkin di antara pembaca ada yang pernah mengalami hal di atas. Jika ada yang gila kerja alias workaholic, bisa saja kamu terperangkap gaya hidup hustle culture. 

Orang yang terperangkap dengan gaya hidup ini selalu mendorong dirinya untuk tetap bekerja. Mereka juga selalu mengesampingkan waktu istirahat. Bagi pelaku hustle culture, istirahat hanya membuatnya menjadi tidak produktif. 

Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan gaya hidup ini muncul, yang jelas setiap negara mempunyai gaya hidup ini hanya beda penyebutan saja.  Di Jepang, ada istilah yang disebut dengan karoshi.

Karoshi adalah suatu kondisi di mana seseorang meninggal karena jam kerja yang berlebih. Budaya kerja yang tiada henti tanpa istirahat membuat kondisi tubuh menjadi lelah, bahkan bisa burnout

Jepang memang dikenal dengan budaya ini, mereka hanya sedikit tidur agar tetap bekerja. Bahkan, ada seorang mangaka yang hanya tidur 4 jam sehari lho gara-gara budaya tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline