Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Gawai adalah Candu

Diperbarui: 22 Maret 2021   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak kecanduan gawai. Via detik.com

Pandemi covid-19 telah membawa perubahan fundamental bagi masyarakat saat ini. Pandemi memaksa masyarakat untuk tidak beraktifitas di luar, belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah,  memaksa masyarakat untuk lebih akrab lagi dengan tekonologi, terutama gawai.

Untuk saat ini, manusia dan teknologi (gawai) seakan menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan. Bisa dibayangkan bagaimana manusia saat ini hidup tanpa gawai? Mungkin untuk para generasi lama tidak akan masalah dengan ini, tetapi untuk generasi sekarang, hal itu sangat membuat penderitaan.

Posisi gawai kini sudah berubah, kedudukannya bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder, apalagi kebutuhan tersier, kini gawai sudah menjadi kebutuhan primer, dan diikuti oleh kebutuhan primer lain seperti kuota internet. Salah satu faktor tersebut jelas karena efek dari pandemi.

Di masa pandemi sekarang ini, masyarakat kini menjadi akrab dengan gawai, dunia seakan-akan ada di dalam gawai. Belanja, hingga belajar kini mengandalkan gawai sehinga tidak heran gawai kini berubah kedudukannya menjadi kebutuhan pokok.

Judul artikel ini terinspiriasi dari potongan tulisan Karl Marx yang menyatakan bahwa agama adalah candu. Bagi Marx, "agama adalah desah napas keluhan dari makhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak punya hati, dan jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. Ia adalah opium (candu) bagi masyarakat".

Opium hanyalah metafora, di zaman Marx, opium konotasinya tidak selalu negatif, berbeda konotoasinya dengan sekarang yang mengandung arti  negatif. Masyarakat yang tertindas akibat kesenjangan, bisanya akan lari kepada agama, bagi Marx agama akan memberikan kebahagiaan ilusi, dan membuat masyarakat menjadi candu akan hal itu.

Jadi efek dari agama itulah mengapa Marx menggunakan kata opium atau candu. Orang akan kehilangan semangatnya untuk bangkit, tidak bekerja keras, dan pasrah kepada agama. Lalu apa persamaannya dengan gawai, apakah gawai bisa membuat seseorang menjadi candu? Jawabannya adalah iya.

Dihimpun dari detik.com, kasus adiksi kecanduan gawai kalangan anak-anak di Jawa Barat cukup memprihatinkan. Akhir Februari lalu, siswa SMP kelas 1 asal Subang meninggal dunia diduga penyebabnya adalah karena kecanduan game online.Korban meninggal asal Subang tersebut mengalami gangguan syaraf.

Sementara itu, jumlah pasien anak yang kecanduan gawai di RS Cisarua Bandung meningkat. Berdasarkan catatan dari RSJ Cisarua, Jawa Barat, pada bulan Januari hingga Februari 2021 ada 14 anak alami kecanduan gawai yang menjalani rawat jalan. Sementara pada tahun 2020 rentang bulan Januari sampai Desember total ada 98 anak yang menjalani rawat jalan gegara kecanduan gawai.

Maka konotasi dari candu di sini sekarang berubah ke arah negatif, bagaimana tidak, jika sudah mengakibatkan meninggal dunia, maka ini adalah efek samping dari candu akan gawai. Mungkin gawai pada saat ini adalah ruang, tempat berkeluh kesah masyarakat yang dipaksa dikurung karena pandemi.

Gawai adalah pelampiasan dari kegabutan yang hakiki karena pandemi. Setiap hari khususnya para siswa pasti memegang gawai, karena belajar  daring. Karena sistem belajar yang monoton, membosankan, maka kebanyakan siswa melampiaskan kegabutan hakiki tersebut ke dalam game online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline