Lihat ke Halaman Asli

Danindra Ario Wiryawan

Mahasiswa S2 - Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada

Tersembunyi di Piring Anda: Bahaya Pestisida dan Bahan Kimia Berbahaya dalam Makanan

Diperbarui: 12 September 2024   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar didapatkan dari Freepik

Pernahkah Anda berpikir, apakah semua makanan yang terlihat sehat benar-benar aman dikonsumsi? Buah-buahan yang cerah dan sayuran hijau segar memang terlihat menggugah selera, tetapi di balik kesempurnaan visualnya, ada ancaman yang tersembunyi: pestisida dan bahan kimia berbahaya. 

Tanpa disadari, setiap hari, bisa saja kita mengonsumsi bahan kimia berbahaya tersebut – yang meskipun tidak terlihat, perlahan-lahan dapat memengaruhi kesehatan. Seberapa besar risikonya? Apa dampak jangka panjang dari bahan-bahan kimia ini pada tubuh kita? Pertama-tama, mari kita berkenalan dengan pestisida!

Pestisida: Kawan atau Lawan?

Gambar didapatkan dari Freepik

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama yang merusak tanaman. Hama ini dapat berupa serangga, gulma (tanaman pengganggu), jamur, atau organisme lain yang berpotensi merusak hasil pertanian. Namun, residu (zat sisa) dari pestisida sering kali menempel pada tanaman hingga saat kita mengonsumsinya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa pestisida berpotensi beracun bagi manusia dan dapat menimbulkan dampak kesehatan secara langsung maupun tidak langsung, tergantung pada jumlah dan cara seseorang terpapar.

Sebuah studi dari Mesir melaporkan bahwa sekitar 40% residu pestisida yang terdeteksi dalam sampel sayur dan buah di negara tersebut melebihi kadar residu maksimum yang diizinkan untuk dikonsumsi. Padahal, bahan pestisida seperti organofosfat dan karbamat merupakan bahan berbahaya karena dapat merusak sistem saraf pada manusia. Selain itu, beberapa bahan yang digunakan dalam pestisida juga dikategorikan sebagai karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker. Jadi, bagaimana? Pestisida: kawan atau lawan?

Dampak Kesehatan Akibat Pestisida

Gambar didapatkan dari Freepik

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan, udara, atau bahkan air yang terkontaminasi. Bagaikan peribahasa sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, ‘konsumsi’ residu pestisida dalam jumlah yang kecil sekali pun dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada kemudian hari. Menurut studi, berikut merupakan beberapa dampak kesehatan yang perlu diwaspadai:

Gangguan Sistem Saraf

Beberapa pestisida, terutama dengan bahan organofosfat, telah terbukti dapat merusak sistem saraf. Paparan jangka panjang terhadap pestisida ini dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, gangguan memori, dan bahkan penyakit degeneratif seperti Parkinson. Studi menunjukkan bahwa petani yang sering menggunakan pestisida memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini karena tingginya paparan pestisida yang diterima – tidak hanya dari makanan melainkan juga paparan langsung saat penggunaan.

Peningkatan Risiko Kanker

Menurut beberapa studi, paparan pestisida seperti herbisida glifosat telah terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker di kemudian hari. International Agency for Research on Cancer WHO bahkan mengklasifikasikan glifosat sebagai bahan yang bersifat karsinogenik bagi manusia. Artinya, paparan bahan tersebut secara terus-menerus dapat memicu pertumbuhan sel yang berkembang menjadi kanker di dalam tubuh.

Gangguan Hormon dan Reproduksi

Pestisida juga dapat mengganggu regulasi hormon dalam tubuh. Ketika regulasi hormon terganggu, terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Permasalahan tersebut antara lain gangguan kesuburan, menstruasi yang tidak teratur, hingga gangguan perkembangan janin pada ibu hamil. Selain itu, pada anak, paparan pestisida terus-menerus dapat berdampak pada perkembangan fisiknya.

Lantas, Bagaimana Cara Mengurangi Paparan Pestisida dalam Makanan?

Gambar didapatkan dari Freepik

Sebenarnya, di Indonesia, penggunaan pestisida telah diatur oleh beberapa regulasi yang berada di bawah tanggung jawab Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). BPOM telah menetapkan batas maksimum residu yang diizinkan pada produk pangan. Batas ini ditentukan berdasarkan penelitian yang memastikan bahwa jumlah residu pestisida yang tertinggal pada makanan tidak membahayakan kesehatan manusia. Meskipun demikian, kepatuhan penerapan di lapangan masih menjadi tantangan.

Sebagai konsumen, kita tidak mungkin sepenuhnya menghindari pestisida dan bahan kimia berbahaya dalam makanan. Namun, terdapat beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi paparan yang masuk ke dalam tubuh, seperti berikut:

Mencuci Bahan Masakan dengan Benar

Mencuci bahan masakan, buah, dan sayur dengan air yang mengalir dapat membantu mengurangi sebagian besar residu pestisida dibandingkan dengan hanya merendam bahan masakan dalam air. Beberapa studi merekomendasikan penambahan bahan chlorine food grade atau cuka untuk membersihkan residu pestisida, terutama pada buah dan sayur yang dikonsumsi secara mentah.

Pilih Produk Organik

Saat ini, tersedia banyak produk organik yang ditanam tanpa menggunakan pestisida maupun pupuk sintetis, sehingga akan lebih aman untuk dikonsumsi. Meskipun sering kali harganya cenderung lebih tinggi, produk organik bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi kesehatan.

Jadi, kesimpulannya, makanan yang kita konsumsi setiap hari bisa jadi mengandung pestisida dan bahan kimia berbahaya yang tersembunyi. Dampak dari paparan bahan kimia ini tidak selalu terlihat secara langsung, tetapi bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius dalam jangka panjang, mulai dari gangguan sistem saraf, kanker, hingga gangguan hormonal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline