Lihat ke Halaman Asli

Potret Angkutan Publik di Indonesia

Diperbarui: 16 Maret 2016   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia tidak layak disebut negara maritim, di mana lebih cocok disebut sebagai benua maritim. Indonesia yang terdiri dari 13.000 lebih pulau memiliki permasalahan konektivitas antar daerah yang cukup rumit. Ekonomi yang didominasi oleh lima pulau besar yakni, Jawa-Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sudah mengadirkan permasalahan sendiri dalam hal konektivitas.

Sebagai gambaran, biaya transportasi logistik yang harus ditanggung oleh pemilik barang jika mengirim barang hasil produksinya dari Jawa ke Papua akan menjadi lebih mahal daripada mengirim barang tersebut ke Singapura. Hal tersebut terjadi karena ada ketimpangan perekonomian pada masing-masing daerah sehingga biaya transportasi menjadi tidak efisien. Kemudian, peran pemerintah yang cenderung belum mampu menyediakan pelayanan transportasi yang baik juga menjadi salah satu penyebab mahalnya biaya transportasi logistik di Indonesia.

Terlepas dari permasalahan transportasi dengan skala nasional yang telah diuraikan sebelumnya. Permasalahan transportasi pada lingkup yang lebih kecil juga masih belum sepenuhnya tertata dengan baik. Sebagai gambaran jumlah kendaraan di DKI Jakarta sejak 2008-2014 untuk angkutan pribadi tumbuh rata-rata sebesar 7,36% per tahun, sedangkan angkutan umum hanya tumbuh 3,87% tiap tahun.

[caption caption="Data Kendaraan Umum vs Pribadi di DKI Jakarta 2008-2015, BPS DKI Jakarta, 2015"][/caption]

TAXI KONVENSIONAL VS TAXI "ONLINE"

Sistem perhubungan (transportasi) yang baik akan mendorong tumbuhnya  ekonomi yang efisien dan berdaya saing. Sebaliknya sistem perhubungan yang buruk dari sebuah negara juga akan sangat berpengaruh terhadap munculnya ekonomi biaya tinggi di negara tersebut.

Taksi dan angkutan kota merupakan dua jenis angkutan darat di Indonesia, yang perannya sangat melekat erat dalam keseharian masyarakat perkotaan. Pada tahun 2007 saja, jumlah taksi dari 44 perusahaan yang beroperasi di Jakarta mencapai 16.045 unit.  Jumlah tersebut terus meningkat seiring dengan bertambahnya taksi baru yang melayani masyarakat DKI Jakarta saat ini.

Operator taxi konvensional harusnya tidak perlu mempermasalahkan kehadiran taxi "online". Hal ini jelas hanya berlaku bagi operator taxi konvensional yang bonafit, di mana armada yang digunakan telah sesuai dengan standart pelayanan prima yang telah diatur dalam peraturan menteri perhubungan darat.

Kemunculan taxi online tidak dapat disalahkan, hal tersebut terkait ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan transportasi umum yang layak bagi masyarakat perkotaan, khususnya di DKI Jakarta. Bisa disimpulkan bahwa Bus Transjakarta masih belum menjangkau seluruh masyarakat DKI. Pada umumnya, kapasitas angkutan umum di DKI Jakarta masih terlampau jauh dari permintaan masyarakat itu sendiri.

Harga angkutan umum taxi bagi beberapa kalangan masyarakat masih terlampau tinggi. Namun, kalangan masyarakat tersebut juga tidak mau menaiki angkutan umum dengan penuh sesak. Biasanya, kalangan masyarakat seperti ini adalah masyarakat menengah keatas, di mana menurut Bank Indonesia pada 2010 telah mencapai 56,5%. Hal itu merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil berdampak pada peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline