Lihat ke Halaman Asli

Kita Terlambat Bertemu

Diperbarui: 20 Februari 2018   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (karyapemuda.com)

Apa kita berhak menyalahkan takdir? Manusia hanyalah hamba, tanpa ia meminta Tuhan membuatkan jalan takdir untuknya pun, semuanya sudah tercatat bahkan jauh sebelum manusia diciptakan. Dan lagi, takdir bukanlah seseorang yang bisa disalahkan. Takdir tidak diciptakan untuk memenuhi keinginan manusia, ia ada karena merupakan bagian dari alam semesta.

Apakah aku harus merasa bersalah, atas perasaan yang tumbuh karena takdir itu?

***

Aku bosan mengatakan ini. Lagi-lagi seandainya Tuhan mempertemukan kami di waktu yang  bukan sekarang, tentu aku tidak perlu merasakan perasaan ini. Aku menyesal telah mengenalnya jauh setelah hari-hari pencariannya berakhir. Mengapa ia tak menemukanku saat masa-masa itu? Kenapa harus sekarang? Jika manusia hanya menjalani takdir, lalu bukankah aku juga tak bisa menghindari takdir? Perasaan itu tumbuh begitu saja semenjak hari-hari perkenalan itu bemula. 

Aku tak pernah menemukannya dalam mimpi-mimpiku sebelumnya, tetapi tiba-tiba ia hadir dalam kehidupan nyataku. Aku tak mau mengaku, karena pengakuan itu hanya akan menyakitiku, dia, juga keluarganya jika saja semuanya terjadi. Hatiku sama seperti yang lain, menemukan cintanya tanpa alasan, dan sekarang patah tak lagi punya harapan.

 Apakah kita bisa, memilih akan jatuh cinta dengan siapa? 

Seandainya bisa, tentu aku lebih memilh jatuh cinta sedalam-dalamnya pada seseorang yang mencintaiku. Bukan pada lelaki itu. 

"Selamat Malam Vin,"

Jantungku terlonjak ketika mendadak aku melihat sebuah pesan muncul di layar ponsel. Pesan itu membuyarkan lamunanku tentang malam. Baru saja aku bertanya-tanya, kapan lagi lelaki itu akan menyapaku. Dan malam panjang yang sunyi di tepian jendela adalah teman akrabku belakangan ini. Ia menemani resahku, menerima senyumku, dan ia adalah sendu, tempat dan suasana terbaik untuk menikmati perasaan rindu.

Tanganku mendadak dingin menyentuh permukaan layar ponsel, pesan ini sungguh istimewa. Kemarin-kemarin ia mengawali percakapan dengan sebuah topik, bagaimana pendapatmu soal hujan, kenapa kau bilang tidak suka puisi, kau sudah baca novel ini, dan...malam ini percakapan itu dimulai tanpa alasan. Hatiku gemetar membaca pesan itu, ketika kemudian harapan-harapan mulai melingkupi hati, saat itulah aku jatuh dan menyesali diri.

Pagi hari bagi sebagian orang adalah awal yang baru, tempat ketika semua kejadian buruk hari kemarin di buang jauh-jauh, tempat ketika lega perasaan telah melewati hal yang mungkin terasa sulit di hari lalu. Dan pagi bagiku adalah hal yang selalu mengingatkan pada mimpi-mimpi maya, sinar matahari pagi  menyadarkanku bahwa perasaan yang kupelihara tak seharusnya ada di dunia nyata. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline