Lihat ke Halaman Asli

2020 Kripik Tempe Menjadi Benteng Ekonomi Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 1 Maret 2017   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pendahuluan

Menurut “(Sembiring, 2009) perilaku konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah – mewah”.

Apa pun rasanya, bagaimana pun kualitasnya, berapa pun harganya akan diupayakan untuk memiliki dan merasakan, itu mungkin yang menjadi pola pikir dari mayoritas masyarakat Indonesia. Sikap konsumtif sepertinya telah melekat cukup erat pada mayoritas masyarakat. Cemilan sudah tidak bisa dilepaskan dari mayoritas masyarakat Indonesia, ditambah lagi dengan harga yang relative murah dengan perpaduan rasa yang beraneka ragam. Banyak dari kita tidak memikirkan bahkan melupakan bagaimana cemilan ini terbuat ? dimana cemilan ini di produksi ? dan siapa yang memproduksi ? kita hanya menikmatinya tanpa berpikiran untuk memanfaatkannya.

Industri dibidang kuliner, tepatnya cemilan merupakan hal yang sepertinya dianggap sepele dan tidak memiliki keuntungan yang besar. Tetapi pada kenyataannya kripik merupakan cemilan yang cukup digemari oleh masyarakat khususnya para remaja yang mayoritas masih labil dan cenderung konsumtif dalam mengkonsumsi suatu produk.

Selain itu menurut hasil survey penulis terhadap beberapa pabrik kripik di cimahi Bandung bisnis dibidang industry kripik  sangatlah menggiurkan sekali karena bahan baku dari kripik adalah singkong sangat mudah ditemukan di negara agraris seperti Indonesia sangat mustahil bila singkong sulit untuk didapatkan. Dengan berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran–pemikiran yang menuntun masyarakat menjadi kreatif dan inovatif. Buktinya banyak sekali kita jumpai berbagai macam jenis kripik yang dijual oleh para pedagang disekitar kita. Kripik tempe seakan – akan menjadi bahan pergosipan masyarakat indonesia saat ini, kripik tempe kini menjadi primadona diantara berbagai macam jenis kripik lainnya.  

Dengan memberikan sentuhan kreatif menyulap kripik tempe menjadi berbagai macam rasa dan berbagai macam bentuk kemasannya. Saat ini belum banyak masyarakat yang sadar akan peluang dalam pengelolaan kripik tempe ini, banyak pabrik – pabrik kripik tempe baru yang bermunculan semata – mata untuk memenuhi kegeliatan konsumen yang haus akan cemilan tersebut. Dari sanalah penulis berpendapat bahwa tahun 2020 Kripik tempe menjadi benteng ekonomi masyarakat Indonesia karena banyak bermunculannya pabrik – pabrik keripik tempe yang inovatif dan mengedepankan kreatifitas dalam berbagai rasa dan kemasan. Serta semakin banyaknya permintaan dari para konsumen yang sangat histeris terhadap kripik tempe ini, peluang ini didukung dengan adanya AEC 2015 bukan tidak mungkin bila kripik tempe ini bukan hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia  tetapi juga oleh masyarakat ASEAN nantinya.

Pembahasan

Kripik singkong telah lebih dahulu melanglang buana bertengger sebagai cemilan yang sudah dikemas dengan sangat sempurna dan mungkin telah banyak orang didunia ini menyukai cemilan tersebut. Dewasa kini kripik tempe mulai menunjukkan sisi ekslusifnya dengan menjadi trend dari para remaja saat ini sebagai cemilan yang memiliki nilai cukup baik. Industry kreatif menjadi persinggahan untuk kripik tempe ini agar dapat memuluskan kiprahnya bukan hanya di tingkat nasional, tetapi di internasional. Adanya Asean Economy Community menjadi sebuah peluang amat sangat besar agar kripik tempe ini mengalahkan pesaingnya yaitu kripik singkong.

Masyarakat Indonesia harus lebih terbuka lagi terhadap peluang untuk mengelola kripik tempe agar lebih unik dengan memanfaatkan teknologi dalam hal pemasarannya. Dapat dikatakan bahwa kripik tempe menjadi hal yang baru di industry kripik ini serta memberikan kepastian untuk dapat menjadi primadona cemilan di pasar internasional. Langkah konkret yang seharusnya dilakukan masyarakat Indonesia adalah dengan mendirikan pabrik – pabrik yang dimulai dari home industry dengan sekala kecil terlebih dahulu, serta membuat sistem pemasaran dengan bantuan teknologi seperti media sosial dan lain – lain.

Pada saatnya nanti AEC 2015 akan bergulir produk – produk cemilan di Indonesia sangat mudah sekali untuk memasuki pasar cemilan di Asean tanpa memikirkan pajak, serta birokrasi yang sulit. Mengapa penulis berpendapat kripik tempe ? bukan kripik singkong ataupun kripik nangka ? tempe sedari dulu adalah makanan pokok masyarakat Indonesia, dan hanya ada di Indonesia saja. semakin berkembangnya industry kripik, mulailah ada ide kreatif mengkolaborasikan antara kripik yang bahan bakunya singkong dengan tempe yang bahan bakunya kedelai. Dari sanalah kripik tempe menjadi makanan satu – satunya yang memiliki ciri khas dibandungkan kripik singkong dan kripik nangka.

Dengan begitu kripik tempe dirasa mampu bersaing dengan kripik – kripik lainnya dengan bermodalkan ciri khas masyarakat Indonesia. Ekonomi masyarakat Indonesia akan terangkat bila kripik tempe ini bukan hanya wacana menjadi kripik tempe yang dikonsumsi di seluruh ASEAN. Dengan adanya AEC 2015 sangat menjanjikan sekali kripik tempe bisa melanglangbuana mengalahkan kripik singkong. Tentunya semua ini tidak dapat selancar yang kita pikirkan, perlu ada dukungan moril dan materil dari berbagai pihak untuk memajukan masyarakat Indonesia agar sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline