Lihat ke Halaman Asli

daniel tanto

melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

Menelusuri Kembali Pasar Patuk Yogyakarta

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_99772" align="aligncenter" width="500" caption="penampakan depan dari Pasar Patuk - foto: daniel tanto"][/caption]

Hari Minggu, 21 Maret 2010. Jam 05.00 pagi saya bangun, saya ingat janji saya untuk mengantarkan Bapak dan istri saya ke pasar Patuk. Sebenarnya pasar lain banyak dan lebih dekat rumah saya. Ada pasar Colombo ada pasar Rejodani, ada pula tukang sayur kelilingan. Tetapi mengapa Bapak saya ingin ke pasar Patuk? Alasan Bapak jelas romantisme saja. Dulu sewaktu kami masih kecil-kecil setiap hari Minggu pagi kami ke pasar ini bersama-sama. Waktu itu kami membeli nasi bungkus untuk sarapan, penganan, dan lain-lain. Sebab biasanya jika hari Minggu alm Ibu saya tidak memasak.

[caption id="attachment_99782" align="aligncenter" width="500" caption="pintu utama pasar, biasanya kami melewati pintu samping pasar, aroma pasar yang khas sudah menyebar mulai titik ini - foto: daniel tanto -"][/caption]

Lokasi pasar Patuk cukup jauh dari rumah kami. terletak di sisi Barat Malioboro. Jika anda melewati Malioboro, sampai di perempatan pertama, maka berbeloklah ke Kanan. Nanti di ujung jalan Pajeksan ini, anda akan menemukan pasar Patuk. Karena jalan ke arah pasar ini sekarang satu arah, maka biasanya saya melewati jalan Beskalan, yaitu jalan kecil di gang sebelah toko Ramai, yang terletak di jalan A Yani Yogyakarta.

[caption id="attachment_99786" align="aligncenter" width="500" caption="begitu anda masuk, inilah pemandangannya, transaksi dan tawar menawar - foto: daniel tanto -"][/caption]

Saya sendiri tidak memiliki kenangan terlalu spesifik mengenai pasar ini. Yang saya tahu pasar ini sudah lama, dan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Yogyakarta. Letaknya yang dekat daerah pecinan kota Yogya menyebabkan banyak makanan khas warga keturunan Cina dijual disini. Ada bacang, pia daging, kue bulan, dan lain-lain yang tidak akan anda temui di pasar tradisional lain di Yogyakarta.

[caption id="attachment_99790" align="aligncenter" width="500" caption="masih pagi, aktivitas pasar sudah tinggi di los-los tertentu - foto: daniel tanto -"][/caption]

Bisa disebut bahwa inilah satu-satunya pasar (beneran) yang terdekat dengan Malioboro. Sebab jika pasar Bringharjo disebut pasar, sepertinya itu lain, sebab sebutannya dahulu adalah pasar Gedhe, alias pasar besar, yang berjualan apa saja, bukan cuma bahan mentah dan makanan saja.

[caption id="attachment_99797" align="aligncenter" width="500" caption="di belakang adalah pintu masuk samping pasar, dari arah jalan Besakalan anda bisa memasuki pasar Patuk - foto: daniel tanto -"][/caption]

Sedikit sekali data mengenai pasar ini jika dicari di internet, tapi jika orang Yogya, pasti semua pernah berbelanja di pasar ini. Karena ini salah satu pasar “tua” yang masih dipakai dan berjalan sebagai pasar. Sedikit banyak, pasar ini menjadi salah satu kenangan masa kecil saya dan kenangan warga Yogyakarta pada umumnya.

[caption id="attachment_99806" align="aligncenter" width="500" caption="los daging, baunya sangat amis macam-macam daging dijual di sini - foto: daniel tanto -"][/caption]

Semoga foto-foto sederhana ini bisa menjadi tamba kangen, terutama warga Yogyakarta yang sudah merantau ke daerah lain.. Monggo..

[caption id="attachment_99809" align="aligncenter" width="500" caption="pedagang di los daging, dia merokok terus-menerus, menghilangkan amis udara di los ini - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99817" align="aligncenter" width="500" caption="disini ngamen sudah diharamkan - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99819" align="aligncenter" width="500" caption="bapak tua penjual sayur - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99826" align="aligncenter" width="500" caption="salah satu pojok pasar Patuk - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99827" align="aligncenter" width="500" caption="tamba kebelet (obat kebelet) alias TOILET - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99829" align="aligncenter" width="500" caption="yang putih tipis tersebut adalah tempe khusus dipakai untuk bahan tempe mendoan, atau tempe tipis yang digoreng setengah matang dengan tepung - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99831" align="aligncenter" width="500" caption="ibu ini berjualan lauk khas Jawa, paling depan adalah panci berisi sayur Lombok, rasanya maknyoosh - foto: daniel tanto -"][/caption] [caption id="attachment_99833" align="aligncenter" width="500" caption="dim sum? bacang? segala macam pengangan ada - foto: daniel tanto -"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline