Sosial media menjadi bagian penting untuk kita saat ini. Tempat untuk berkomunikasi dengan khalayak ramai, berkarya, bisnis, menerima informasi dan sebagainya. Selain itu, sosial media juga sering dijadikan sebagai tempat untuk "memerkan" apa saja. Mulai dari prestasi, kebaikan, belanjaan baru, makan apa, makan dimana dan sebagainya.
Mungkin, semua itu karena sifat manusia yang haus akan pengakuan. Tidak salah. Tingkat kebahagiaan orangpun juga berbeda. Ada yang dengan menampilkan prestasinya di sosial media sudah membuatnya bahagia. Ada yang bahagia saat menampilkan fotonya di luar negeri atau di mall. Bahkan ada yang sudah merasa bahagia saat dia ada waktu untuk sekedar ngopi sambil menghisap sebatang rokoknya.
Segala hal yang dimuat di postingan sosial media kita tidak lepas dari reaksi yang melihatnya. Reaksi yang munculpun beragam. Ada yang ikut senang saat kita menampilkan pencapaian kita. Ada yang turut bersimpati saat kita menampilkan kesusahan kita. Bahkan ada yang sebaliknya.
Rekasi yang muncul akhirnya membentuk persepsi orang terhadap kita, entah itu buruk atau baik, salah atau benar. Syukur-syukur dapat positif. Tapi sayangnya tidak selamanya begitu. Yang sering kali terjadi, terlalu banyak orang berkomentar untuk hal yang sebenarnya merekapun tidak tau banyak.
"Uda banyak lah ya uangmu?"
"Nyogok berapa supaya bisa masuk?"
"Siapa orang dalammu?"
Komentar semacam itu sering muncul saat kita menampilkan pencapaian kita, meskipun ada tanda tanya di kalimat itu. Entah niatnya bercanda atau tidak, tapi tetap aja itu hal yang tidak mengenakan kepada yang ditujukan. Untuk sebuah pencapaian, harus mengorbankan banyak hal, mulai dari waktu, uang, tenaga dan lainnya. Dan setelah itu dia mendapat komentar semacam itu?
Tak sedikit pula yang iri bahkan bermaksud merendahkan.
"ngga layak.."
"kemampuanmu sebenarnya biasa aja"