Lihat ke Halaman Asli

Daniel SetyoWibowo

Tutor kelompok belajar anak-anak

Wijaya Kusuma Bunga Kehidupan (5): Pramusinta Dihajar Habis-habisan Oleh Arjuna

Diperbarui: 16 Juli 2019   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunga Wijayakusuma (Epiphyllum anguliger) hanya mekar pada waktu malam dan hanya sebentar lalu cepat layu. Foto Dokpri.

 Pramusinta tidak mengetahui apa yang terjadi dengan keluarganya. Ia tidak mendengar kabar tentang peristiwa yang menimpa keluarganya. Sabekti dibunuh dan isterinya dibawa lari. Yang menjadi perhatiannya adalah menjalankan kewajibannya kepada rajanya, Tegalelana. Ia memusatkan pikiran pada tugasnya menjadi duta, mengantar surat dari junjungannya kepada Raden Arjuna dengan aman. 

Sesampai di Madukara, surat diberikan langsung dari tangannya sendiri kepada Arjuna. Belum lama saat membuka dan membaca surat itu, murkalah Arjuna. Darah lelakinya seakan mendidih seketika karena isterinya akan diganggu dengan anak kemarin sore.

Tanpa ditanya terlebih dulu, maka dihajarnya Pramusinta sampai babak belur. Pramusinta sendiri tidak melawan karena selain dia tidak ingin mengecewakan rajanya, juga karena ia tidak mengetahui duduk persoalannya. Yang ia tahu bahwa ia menjalankan tugasnya yang mulia, yaitu mengabdi rajanya. Segala perlakuan Arjuna kepadanya tidak dibalasnya dengan kasar apalagi memukul.

Melihat itu, abdi Arjuna, yaitu Petruk tidak habis mengerti mengapa junjungannya tidak bijaksana. Diingatkanlah Raden Arjuna, tetapi tidak diindahkannya. Semakin diingatkan semakin keraslah hajaran Arjuna kepada Pramusinta. Tidak tahan dengan keadaan itu, Petruk membela Pramusinta. Ia minta agar Pramusinta melawan tindakan Arjuna yang sewenang-wenang itu.

Dengan berat hati, Pramusinta melawan meskipun terpaksa. Semua serangan Arjuna dapat diimbanginya. Segala pukulan dan tendangan ditangkisnya dengan lihai sehingga tidak mengenai badannya. Ia sendiri pernah tidak menyerang.  

Karena kelelahan dan banyak energi yang keluar, Arjuna semakin tidak bisa menandingi Pramusinta. Semakin dikeluarkan serangan, semakin dia kelelahan dan tidak bisa menandingi Pramusinta. Sampai akhirnya ia lari ke tempat saudara tertuanya, yaitu Puntadewa di Amarta. Sedangkan Pramusinta mengejar terus untuk meminta maaf karena tidak selayaknya seorang Raden dipermalukan oleh seorang duta. Dengan diiringi Petruk, Pramusinta mengejar hingga ke Amarta.

Sementara itu, di Amarta tengah bercakap-cakap antara Puntadewa dan raja Dorowati Prabu Kresna. Mereka segera berdiri melihat Arjuna berlari ke tempat itu diikuti oleh pemuda kampung dan petruk.

Ketika mereka berkumpul, masalah dapat dirembug bersama tentang apa yang sebenarnya terjadi. Perselisihan dapat dihentikan. Sumber masalah dapat diketahui, yaitu surat dari Tegalelana untuk Arjuna. Setelah mengetahui sumber masalah, surat dibuka dan dibaca bersama. Pramusinta kaget karena ia merasa dirinya tidak menginginkan isteri Arjuna. Ia hanya ingin mengabdi rajanya. Surat itu diberikan karena tugasnya sebagai duta.

Masalah memang belum dapat dituntaskan. Agar ucapan Pramusinta dapat dipercaya, maka perlulah meminta keterangan kepada si pembuat surat itu sendiri, yaitu Tegalelana. Karena itu, para Pandawa dan Kresna beserta Pramusinta minta penjelasan kepada Raja Buluketiga, Prabu Tegalelana itu. 

Diputuskannyalah secara bersama, masalah ini harus diselesaikan segera agar hubungan kerajaan antara Amarta dan Buluketiga tidak semakin runcing. Mereka pergi bersama ke Buluketiga. (Bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline