Lihat ke Halaman Asli

Daniel SetyoWibowo

Tutor kelompok belajar anak-anak

Asa Akan Petani Muda

Diperbarui: 21 Mei 2019   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak dan ayah sedang membajak sawah pada pagi hari (Sumber Dok. Pribadi)

O fortunatos nimium, sua si bona norint, agricolas!; O, betapa bahagianya para petani, seandanya mereka tahu hal-hal baik pada diri mereka (Virgil)

Matahari sudah berada di ufuk timur, tetapi kabut masih menyelimuti sawah. Sebentar lagi kabut itu hilang dan sinar matahari mulai terasa panas di kulit anak berumur sebelas tahun itu. Wawan dan ayahnya, Hariwiyono, sudah sejak subuh tadi mengolah sawah dengan mesin bajaknya Quick G 1000. 

Sudah satu petak yang diselesaikan untuk dibajak dan digaru (diratakan dengan alat garu mesin). Sekarang menginjak petak kedua dari tiga petak sawah orang lain yang bakal dikerjakan pagi ini. Setelah itu, baru lima petak sawahnya sendiri yang bakal dibajak usai tengah hari nanti.

Wawan adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ia seorang bocah SD kelas lima di kawasan Kota Blitar dan saat kini musim liburan. Ia membantu ayahnya yang berumur 45 tahun itu membajak di sawah. Ia sudah bisa menjalankan bajak mesin itu, tetapi badannya yang kecil itu tidak seimbang dengan mesin Quick G 1000 milik ayahnya itu. Untuk menghidupkan mesin itupun, ia belum mampu karena membutuhkan kemahiran tertentu dan tenaga yang besar, jika tidak maka salah-salah kunci engkol untuk memutar mesin itu malah mengenai dirinya sendiri.

Terkadang ia terpeleset dan mesinnya berjalan sendiri di depan sedangkan ia tertinggal di belakang sehingga ia harus mengejarnya untuk mengendalikannya. Tapi, ayahnya siap sedia dibelakang mendampingi dirinya. Terkadang pula mesin itu menerjang pematang sehingga harus diperbaiki ayahnya.

Keluarga Wawan memang keluarga petani. Di samping mereka mengerjakan sawahnya sendiri (sawah yasan, Jw.), mereka juga mengerjakan sawah hasil menyewa (sawah sewan, Jw.). Kalau sedang musim tanam dan panen, keluarga Wawan sangat sibuk. Ibunya tidak sekedar mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah, tetapi juga harus menjadi buruh tandur, buruh ulur atau buruh derep. Kebetulan ayah Wawan menjadi Ketua Kelompok Pengairan yang membagi jatah pengairan ke sawah-sawah.

Ada peralatan-peralatan pertanian di gudang belakang rumahnya.  Alat penyiang rumput (osrok) tersimpan dengan baik. Mesin herek yang sudah dibelinya delapan tahun yang lalu terlihat terawat baik.  Dengan mesin ini, ayah Wawan bisa derep juga di sawah milik tetangga untuk mendapatkan bawon padi tambahan. 

Mesin bajak sudah ada dua. Yang satu dibelinya sepuluh tahun yang lalu sedangkan kedua baru tiga tahun yang lalu.  Mesin pemanen padi  mirip pemotong rumput juga sudah dimilikinya sehingga menghemat waktu dan tenaga untuk memanen padi. Alat pengocor panggul sudah berkali-kali tergantung siap dipakai sewaktu-waktu. Tangki penyemprot  ada dua:  manual, dan elektrik dengan menggunakan batterai.

Beberapa teknik penanaman dan pemeliharaan baik dari kebiasaan, coba-coba, belajar dari kelompok tani yang lain, penyuluh pertanian, maupun proyek kerjasama dengan pihak swasta (pabrik) sudah, sedang, dan akan  dilakoni terus untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan mereka. "Mana yang menguntungkan untuk tani, itu yang saya jalankan," kata Hariwiyono sambil beristirahat usai membajak beberapa waktu yang lalu.

Anak-anak perlu mengenal dan bersahabat dengan sawah dan petani (Foto: dok. pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline