Lihat ke Halaman Asli

Pejabat Narsis dan Wajah Bopeng Makassar

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya suka mengamati koran daerah di Makassar, dan saya sering tersenyum sendiri jika ada ucapan selamat atas penghargaan yang diberikan pemerintah pusat atau lembaga-lembaga swasta. Entah itu penghargaan soal kebersihan, kependudukan, pangan, dan lainnya. Yang lucu adalah yang mengucapkan selamat adalah bawahannya sendiri entah itu wakilnya, kepala dinas atau yang di lembaga yang dipimpinnya. Itu berarti dia mengucapkan selamat bagi dirinya sendiri, karena pasti pakai uang dari kontornya sendiri untuk mengucapkan selamat. Apalagi ucapan itu umumnya setengah halaman surat kabar sampai satu halaman. Saya sering heran, mengapa harus memuji diri dulu padahal begitu banyak pekerjaan masih dikerjakan. Sudah bukan rahasia wajah kota Makassar belum sesuai dengan yang diharapkan, apalagi dicita-citakan sebagai pintu gerbang Indonesia Timur.

Wajah bopeng Makassar cukup banyak. Karena bicara wajah, maka saya fokus atas yang di bagian depan saja. Wajah bopeng yang pertama adalah kesemrawutan bandara Sultan Hasanuddin. Rasanya bandara begitu sesak pada jam tertentu, toilet tidak bersih dan malah ada yang rusak, bahkan waktu keluar para sopir taxi dan angkutan lainnya berebutan tawarkan mobilnya, para porter liar seperti anak dan remaja dibiarkan secara bebas. Bandara terlihat seperti menyeramkan, karena tidak beda dengan terminal angkot.

Kedua, jalanan rusak di daerah-daerah utama kota, di mana masih tidak mulus, bahkan ada yang rusak dan berlubang. Apalagi jalan di Tanjung Bunga, ada tempat wisata kebanggaan kota dengan adanya Trans Studio dan wisata lautnya. Jalanan yang di mana wisatawan datang untuk bermain, justru dibuat tidak nyaman dengan jalan berlubang. Pemerintah selalu berdalih, jalan belum diserahkan oleh fihak pengembang, sehingga tidak bisa diperbaiki. Dalih yang menyedihkan, karena justru pemerintah bisa mengambil inisiatif menyelesaikannya. Duh, siapa yang bertanggung jawab? Selalu teman-teman dari luar kota heran mengapa jalanan Makassar begitu jelek! Kasihan wajah Makassar bila jalanan dibiarkan rusak!

Ketiga, lalu lintas yang semrawut menambah bopeng wajah Makassar. Makassar adalah kota di mana tanda larangan lalu lintas tidak pernah ditaati. Banyak dipasang rambu becak dilarang lewat, tetapi becak bebas lalu lalang, truk bebas beroperasi di siang hari padahal sudah ada larangan jalan di siang hari, parkir di sembarang tempat padahal jelas dipasang tidak bisa parkir. Wah, siapa yang menertibkan ini?

Keempat, Makassar gersang dan penghijauan gagal. Bila di Jawa dan Bali, pepohonan sudah berhasil ditanam di tepi jalan raya, maka justru jalan utama seperti Sulawesi, Nusantara, dan Ahmad Yani masih tampak gersang. Penanaman pohon dan pot-pot tanaman memang ada, tetapi sudah sejak dulu dibuat, dan selalu tidak bisa tumbuh tinggi, karena sudah mati duluan. Dan ditanam lagi sebagai proyek, lalu gagal lagi! Memang di bagian lain sudah ada upaya penghijauan, namun ironis, di daerah yang merupakan wajah Makassar justru tampak gersang.

Kelima, masalah sampah. Kota ini kalau pagi nampak disapu petugas, tetapi kalau siang dan sore sudah tampak kotor lagi dan tidak ada petugas lagi yang membersihkan. Memang perilaku buang sampah sembarangan adalah masalah masyarakat yang tidak sadar. Tetapi masakan petugas kebersihan hanya kerja pada pagi hari dan itupun sangat terbatas?! Sungguh mengerikan melihat sampah dan kekotoran Makassar di siang dan sore hari.

Ini baru sebagian dari wajah Makassar. BIla wajah kota ini tidak ditata, maka harapan mendatangkan wisatawan dalam negeri saja mungkin hanya sebuah mimpi di siang bolong, apalagi mau mendapatkan wisatawan mancanegara. Memang sudah ada kemajuan kota ini, namun bila yang menjadi wajah kota tidak ditata, maka sebagus apapun kemajuan yang ada menjadi tidak berarti. Saya harap pejabat berhenti membanggakan diri dan bekerja lebih keras lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline