Lihat ke Halaman Asli

Tawuran Mahasiswa Makassar dan Rumor Gesekan Elit Politik Sulsel

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu ciri khas dan julukan Makassar yang baru adalah demo mahasiswanya yang anarkis. Hampir setiap teman dari luar kota yang saya temui selalu menyebut soal ini. Keluarga yang di luar Makassar pun sering bertanya, “apakah kalian aman di sana?”Yah, tentu saja aman dan nyaman tinggal di kota ini, hanya media TV dan koran yang mem-“blow-up” hal ini.

Contohnya kerusuhan tanggal 4 Maret yang lalu. Sore harinya saya baru tahu ada masalah di Makassar setelah saya melihat stasiun Metro TV dan TV One sorenya di mana dalam breaking news-nya menyebut “Makassar Rusuh”. Kok, saya aman-aman saja jalan ya sepanjang hari? Kota pun tetap ramai dan padat seperti biasa. Tentu ada keributan, tetapi hanya di sekitar area kampus di mana tawuran terjadi antara mahasiswa-polisi-warga masyarakat.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan demo rusuh mahasiswa ini?Kita tahu dan mengalami sendiri, di mana-mana mahasiswa memiliki nilai idealisme serta nilai kritis. Dan ketika bentuk demo telah diizinkan setelah reformasi, maka ekspresi idealisme terhadap pemerintahan ditunjukkan dengan protes lewat demo jalanan. Ini jiwa dari mahasiswa. Bukan mahasiswa namanya kalau hanya duduk diam manis dan tidak melakukan kajian terhadap persoalan bangsa. Yang sering dikeluhkan masyarakat adalah ditutupnya jalan, dan saya pribadi kasihan bila mikrolet umum (pete-pete) di mana sopir yang hidup dengan mengejar setoran hanya bisa memaki bila jalan sudah ditutup atas nama idealisme dan kritik kepada pemerintah.

Namun kali ini muncul fenomena baru menghadapi demo mahasiswa. Ketika lagi-lagi muncul kebrutalan mahasiswa dalam berdemo sampai di luar batas, maka muncul fenomena baru di mana muncul konflik tiga fihak yaitu antara warga masyarakat, polisi dengan mahasiswa. Tentu saja konflik jenis ini unik karena gerakan mahasiswa dilawan dengan cara yang sama, yaitu sama-sama pakai jalan kekerasan. Ini menimbulkan rumor soal siapa yang mendanai demo rusuh ini? Apakah gerakan ini bagian dari gesekan elit politik Sulsel yang selama ini saling bersaing menjadi terhebat?

Seperti di ketahui bahwa di Sulsel elit politik terus berusahan menanamkan pengaruhnya dan tidak sedikit muncul gesekan-gesekan. Setelah berakhirnya era Andi Sose, maka muncul elit baru di Sulsel. Keluarga elit yang sedang naik daun adalah Keluarga Yasin Limpo (YL), di mana Gubernur saat ini adalah Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang sekaligus Ketua DPD Golkar Sulsel, serta klan YL sudah menguasai berbagai jabatan di mana adik-kakak, anak, keponakan telah menguasai jabatan seperti anggota DPR, DPRD, bupati, birokrat kunci dan berbagai posisi strategis lainnya. Kiprah politik klan YL dimulai dari almarhum Yasin Limpo yang merupakan mantan bupati dan perintis Golkar Sulsel dan istrinya yang mantan anggota DPR. Keluarga ini memang sedang memasuki zaman keemasan perpolitikan di Sulsel.

Elit lain adalah kelompok Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang adalah walikota yang paling populer yang pernah dimiliki Makassar. Politisi muda ini adalah pendukung keras dari Jusuf Kalla (JK) dan dianggap anak “kesayangan” JK walaupun tidak terlalu kelihatan. Sayang, cita-citanya memimpin Ketua DPD Golkar Sulsel tidak terwujud setelah kalah dari SYL dalam perebutan kursi ketua ini. Kita masih menanti apa yang terjadi dengan karier politiknya setelah masa jabatan kedua sebagai walikota berakhir.

Elit yang tidak kalah dominan saat ini adalah keluarga Rasyid Ali (RA). RA dikenal sudah terlibat pilitik di era Suharto. Ketiga anak-anaknya sudah menguasai DPR, bahkan cucu-cucunya juga jadi angghota DPR. Salah satu yang paling dikenal adalah Reza Ali. Dia dikenal sebagai anggota DPR dan salah seorang pengusaha Sulsel yang sukses di bidang perkapalan, perhotelan, perdagangan, termasuk di bidang jasa keuangan. Ia juga dikenal sebagai tokoh organisasi kepemudaan dan masuk partai Demokrat serta sempat memimpin Partai Demokrat. Keluarga ini memiliki pengaruh yang tidak kalah hebatnya juga, apalagi kemenangan partai Demokrat mencengangkan di Sulsel mengingat Sulsel dikenal sebagai lumbung Golkar.

Elit yang paling dihormati di Sulsel adalah Jusuf Kalla dan Aka Mahmud. Dan kedua tokoh ini memerankan diri sebagai “bapak” yaitu yang mengayomi elit politik lainnya dan bila terjadi kekisruhan politik atau pilkada, maka kedua orang ini dijadikan penasehat dan pengayom mereka. Tentu kita sudah tidak asing dengan kehebatan tokoh ini dalam perpolitikan nasional. Setelah kalah jadi calon presiden, maka banyak orang menganggap JK kecewa berat dan mendukung berbagai gerakan untuk menuntaskan Century.

Nah, dari elit-elit politik ini ternyata tidak semua akur. Selalu ada gesekan baik soal bisnis, contohnya lapangan publik Karebosi yang diserahkan ke pihak inverstor untuk dikelola, sampai soal pilkada, dan banyak hal lainnya. Terakhir beredar SMS rumor soal peristiwa 9 Desember 2009, di mana pengurasakan halaman depan kantor Gubernur itu dilakukan mahasiswa yang dibantu orang-orang dan dana dari IAS. SMS itu tentu hanya rumor dan tidak diketahui kebenarannya. Namun tak pelak, ketika bulan Februari 2010 mahasiswa turun ke jalan lagi, maka kantor Gubernur telah dijaga oleh elemen masyarakat yang didatangkan dari Gowa dan bersenjata tajam, sehingga mahasiswa pun keder bergerak.

Bulan Maret ini pun, mahasiswa konflik lagi tetapi kali ini lebih besar karena melibatkan polisi dan masyarakat. Kantor HMI yang biasanya sakral dari sentuhan, kali ini tidak ada yang ditakuti lagi. Masyarakat berani menghancurkan simbol khusus mahasiswa ini, di mana JK sebenarnya berasal dari sini. Tentu ini menimbulkan ketegangan yang meluas. Namun bukannya takut, gerakan mahasiswa pun terus mendapat perlawanan dari “masyakarat” (kali ini saya pakai tanda petik). Kasuk-kusuk yang beredar, masyarakat yang turun melawan mahasiswa bukan warga biasa namun didanai khusus dari elit politik untuk melawan gerakan mahasiswa. Kampus UNM pun tidak luput mendapat serangan. Kali ini perjuangan mahasiswa meleset menjadi alat gesekan elit di Sulsel. Pernyataan Gubernur pun ditunggu, namun karena sakit sehingga beliau tidak memberi komentar sedikit pun. Malahan, IAS yang turun ke lapangan mendamaikan fihak-fihak yang bertikai. Hal ini menambah rumor bahwa SYL yang kali ini mendukung “masyarakat” melawan mahasiswa. Sekali lagi ini hanya rumor yang saya sendiri tidak tahu kebenarannya. Hanya sudah menjadi percakapan umum. Apalagi Partai Demokrat dianggap berkepentingan mengalihkan isu Century. Maka lengkaplah rumor politik ini. Gosip ini ternyata lebih enak dibahas, terutama di warkop-warkop ketimbang menemukan apa penyebab sesungguhnya. Itu sebabnya bagi yang suka politik, setelah Jakarta maka Makassar adalah tempat yang enak dengar gosip politik!

Pelajaran apa yang didapat? Ternyata mahasiswa tidak bisa hanya mengandalkan jalanan dan kekerasan untuk mengekspresikan pendapatnya. Mereka harus jernih melihat perjuangan mereka dan tidak mau dijadikan alat bagi gesekan elit politik. Lebih jauh, mahasiswa sendiri harus santun mengekspresikan aspirasinya sebagai wujud perlindungan kepada rakyat kecil pengguna jalan. Mahasiswa tidak boleh menyakiti rakyat bila ingin mendapat simpati. Bakar ban, tutup jalan dan hal lainnya sudah mengecewakan masyarakat (lihat komen Fecebook di koran Tribun Timur). Harus ada yang lebih elegan berdemo dan mengaspirasikan pendapat.

Bila benar Makassar rusuh, di mana saya yakin tidak akan terjadi karena bisnis elit pasti mereka akan lindungi, maka yang rugi tentunya adalah para elit sendiri. Itu sebabnya lebih baik para elit menahan diri untuk tidak pamer kekuatan dan dana dalam berunjuk rasa. Demo mahasiswa seharusnya tidak dilawan dengan massa tandingan baru, tetapi kajian dialogis di mana mahasiswa adalah calon pemimpin. Bimbingan dan kesabaran jauh lebih baik dibanding dengan dilawan dengan kekerasan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline