Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Idealistis atau Realistis ?

Diperbarui: 31 Oktober 2021   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah mendapat gelar mungkin kita atau saya sering bertanya kepada diri sendiri mau kemana kita selanjutnya, pertanyaan ini sering ada pada diri kita termasuk saya. Teringat ketika saya SMA saya ingin melanjutkan pendidikan saya di Akademi Kepolisian (AKPOL) Semarang, dari impian tersebut saya sudah mulai latihan fisik termasuk latihan psikologi, saya juga berbicara kepada orangtua saya mau masuk AKPOL tetapi orangtua saya berat ketika saya ingin masuk AKPOL. Akhirnya saya mengalah dan saya memutuskan kuliah mengambil jurusan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berbagai organisasi saya ikuti baik eksternal maupun internal agar menjadi bekal saya kedepan. Selama saya kuliah saya sempat kehilangan masa depan saya menjadi abdi negara saya sempat merokok di beberapa semester, selain itu saya juga sempat mengurungkan niat saya menjadi abdi negara dan sempat berpikir juga menjadi dosen tetapi saya berpikir lagi bahwa menjadi dosen tidaklah mudah. 

Memasuki semester akhir dan menggarap skripsi dimana saya sempat berencana mengambil jurusan Hukum Tata Negara namun kakak saya sempat berbicara saya dan bertanya kepada saya "Kamu yakin dek ngambil HTN (Hukum Tata Negara) ?" Dari sinilah saya mulai berpikir sejenak, lalu kakak saya memberi masukan kepada saya bahwa saya lebih mengambil Hukum Pidana saja, baiklah saya akan mengambil jurusan Hukum Pidana. Selama saya berada di jurusan hukum pidana banyak hal hal yang bisa digali, disitulah saya mulai belajar teori teori baru dari hukum pidana, dan kemudian saya juga mulai belajar tentang cybercrime dan membaca buku beberapa tokoh hukum pidana dari Indonesia maupun Luar Negeri. Dari mengambil jurusan Hukum Pidana saya kembali lagi mengejar impian saya menjadi abdi negara walaupun sempat tidak jadi dan saya juga memutuskan untuk berhenti merokok. 

Tahun berikutnya saya mulai menggarap skripsi banyak tantangan dalam menggarap skripsi mulai dari salah mengambil studi kasus hingga saya melobi dosen pembimbing saya agar studi kasus saya diubah, saya juga  depresi karena penggarapan skripsi karena studi kasus yang sulit, ketika saya melobi dosen saya tentang studi kasus saya akhirnya dosen saya menyetujui studi kasus saya diubah, kemudia saya melanjutkannya kembali penggarapan skripsi ini hingga sampai sidang akhir.  Setelah sidang akhir saya memutuskan kembali latihan fisik dan mengerjakan soal psikotest demi mencapai impian saya menjadi abdi negara baik TNI AD maupun POLRI lewat sarjana, karena lewat sumber sarjana saya akan menjelaskannya sedikit khusus untuk TNI AD dari sarjana dinamakan SEPA PK AD atau Sekolah Perwira Prajurit Karier Angkatan Darat tepatnya di Akademi Militer Magelang, sedangkan untuk POLRI dari sarjana yaitu SIPSS atau Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana tepatnya di Akademi Kepolisian Semarang. Namun adapun pertanyaan yang muncul dari saya apakah saya tetap pada pendirian saya mencapai impian atau berubah karena kenyataan ? Itulah kadang saya menjadi berubah arah, ibarat "maju kena mundur kena". Memang begitulah ketika kita akan galau pada diri kita sendiri termasuk saya "menjadi idealis atau realistis" ? Mungkin  dari pertanyaan itulah kita sulit menjawabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline