Lihat ke Halaman Asli

Pengelana Mencari Cinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku seorang pengelana. Betapa kudamba hati ini untuk mencari cinta. Sudah kubayangkan “ah betapa senangnya bila aku punya kekasih”. Tentu aku merasa bangga bila kugandeng seorang idaman hati dihadapan teman-temanku.

Asyiknya bisa makan bakso dan minum es durian bersama-sama meskipun tidak sering-sering. Rasanya dunia milik berdua bila berboncengan kesana kemari, tak peduli orang mau bilang apa.

Enaknya bila kekasih bisa ngertiin aku..peduli sama aku…perhatiaaaan banget! Apalagi romantis, sering kirim sms “sudah makan? Jangan lupa makan ya..nanti sakit” atau “aku kangen kamu” atau “sudah bobo?” ah so sweet deh..wah nampaknya hanya dia manusia yang Care ama aku, tidak seperti yang lain. Apalagi ngomongnya nyambung wah mantap deh..

Tapi..

Ini baru khayalanku…apakah aku bisa mendapatkan orang seperti itu ya? Atau jangan-jangan aku hanya mencintai diriku sendiri atau mencintai bayanganku sendiri.

Aku berkelana memang untuk mencari cinta tapi jangan-jangan kekasihku nanti juga seorang pengelana mencari cinta (nampaknya benar).

Lalu bagaimana aku bisa mendapatkan cinta kalau aku dan kekasihku nanti menuntut untuk dicintai. Kapan bisa saling memenuhi cinta kalau kami sendiri kekurangan cinta ?

Aku berpikir dia akan memberi perhatian padaku..mengerti aku tapi realitanya dia juga berpikir begitu. Lalu siapa yang memberi perhatian? Bukankah konflik yang terjadi.

Wah bagaimana seandainya bila aku sudah menjalin kontak fisik, tentu rugi sekali karena sebenarnya hanya ke-egois-an dan nafsu semata yang dipuaskan. Sebenarnya aku memaksamu untuk memuaskanku demikian juga kamu. Tidak ada cinta di sana.

Kalau aku dan kekasihku sama-sama orang terluka bukankah kita pasti akan saling melukai. Kalau kami sama-sama orang yang kehausan perhatian, bukankah kami tidak akan saling memperhatikan.

Maka yang terjadi justru kami akan berkelana lagi mencari cinta yang lain…dan tidak pernah akan menemukan cinta. Hidup kami seperti menggali kolam yang bocor, diisi air berapapun tidak akan bisa menampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline