Pendidikan adalah sarana mempersiapkan generasi bangsa dalam bermasyarakat di masa depan, pendidikan yang baik akan mencerminkan prospek masa depan kompetensi bangsa yang baik pula dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial serta ekonomi rakyat. Pendidikan adalah sala satu dari banyak hal yang harus diperbaiki di masa depan termasuk akses masyarakat pada pendidikan. Sebenarnya bisa dibilang bahwa pendidikan Indonesia tertinggal jauh dari kebanyakan negara, dan ini juga tercermin dari hasil tes PISA yang diadakan setiap 3 tahun sekali merupakan suatu studi global dalam penilaian kompetensi siswa berusia 15 tahun dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Tes ini diselenggarakan oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) ini diikuti oleh 79 negara, dari negara maju dan berkembang
Tes PISA ini tidak bertujuan utama untuk untuk mempelajari apakah siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dalam situasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Hasil tes PISA pada tahun 2018 menunjukkan bahwa hasil tes siswa Indonesia sangat mengkhawatirkan. Nilai skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, dan bedasarkan hasil tes PISA sebanyak 70% siswa Indonesia tidak mampu mencapai kemampuan membaca di level II pada kategori PISA yang menguji kemampuan siswa mengekstrak ide dari teks/literature dan menghubungkan berbagai informasi dalam teks, lalu menyimpulkan bacaan dengan sederhana.
Hasil riset dari RISE Research Institute, menyiratkan bahwa rerata kemampuan membaca siswa Indonesia hanya akan setara dengan rata-rata kemampuan siswa di negara OECD pada 2090, bila tidak ada upaya serius memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Selain rendahnya skor membaca siswa Indonesia, bedasarkan hasil tes PISA tahun 2018, Indnesia juga memiliki skor matematika yang rendah yaitu ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Ketiga skor aspek itu bersama-sama menurun dibanding tes PISA tahun 2015 pada saat itu skor membaca Indonesia ada di peringkat 65, skor sains peringkat 64, dan skor matematika peringkat 66.
Kualitas pendidikan tentunya juga berpengaruh terhadap peringkat daya saing global Indonesia, daya saing adalah buah dari pendidikan sehingga bisa menjadi cerminan pendidikan itu sendiri. Namun Global Competitiveness Index Indonesia tahun 2019 mengalami penurunan 5 peringkat berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) Indonesia menduduki peringkat ke 50 dunia, dari yang sebelumnya posisi ke 45.
Sebenarnya laporan WEF mengevaluasi setidaknya 12 aspek dalam menentukan peringkat daya saing sebuah negara, diantara ke-12 aspek tersebut Indonesia mengalami peningkatan. Pada 7 aspek yaitu dinamika bisnis, infrastruktur, institusi, kemampuan inovasi, sistem keuangan, stabilitas makroekonomi dan ukuran pasar.
Tetapi di sisi lain, Indonesia mengalami penurunan pada 5 aspek lain yaitu adopsi ICT (Information, Communication & Technology), kesehatan, keterampilan, pasar tenaga kerja dan produk. Secara keseluruhan peringkat daya saing Indonesia masih tertinggal dengan negara kawasan asia lain seperti Singapura yang menduduki posisi pertama dunia, Malaysia (27) dan Thailand (40) namun Indonesia masih lebih unggul dibandingkan Vietnam (67), Filipina (64) dan Laos (113).
Jika meninjau dari hasil tes diatas bisa dibilang dampak dari kualitas pendidikan negeri kita sepertinya kalah dibandingkan banyak negara lain. Bahkan, ada gagasan bahwa pendidikan Indonesia tertinggal hingga 128 tahun dibandingkan negara maju namun dalam rangka menggambarkan dan menilai kondisi pendidikan di Indonesia, ada baiknya kita meninjau lebih dalam aspek2 yang berkaitan dengan hal-hal pendidikan untuk mengetahui apakah memang terdapat permasalahan fundamental dalam sistem pendidikan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H