Dari Depo KRL Depok, kami menuju ke Jalan Pemuda yang dikenal sebagai kawasan heritage Depok. Tempat pertama dikunjungi adalah Cornelis Koffie, sebuah kafe yang menempati salah satu bangunan heritage.
Nama kafe ini diambil dari dari nama Cornelis Chastelein. Ia adalah orang yang pertama kali membuka Depok, dari sebelumnya berupa hutan belantara.
Kami duduk mengitari sebuah meja kayu berukuran panjang. Di atas meja ada gelas-gelas yang berisi minuman. Tak lama kemudian datang Bapak Boy Loen, salah satu tokoh keturunan Belanda Depok. Beliaulah yang akan menceritakan sejarah Depok serta memandu kami menelusuri bangunan-bangunan heritage yang ada.
Sejarah Depok
Bapak Boy Loen memulai dengan menceritakan Cornelis Chasteleein, seorang Belanda yang lahir di Amsterdam pada tanggal 10 Agustus 1657. Cornelis Chastelein adalah anak dari Anthony Chastelein, kepala kamar dagang di Amsterdam, Belanda.
Karena punya banyak kerabat di Batavia, maka pada umur 17 tahun Cornelis berangkat ke Batavia. Dalam perjalanan lebih dari 200 hari, Cornelis tiba di Batavia dan langsung bekerja di VOC.
Karir Cornelis di VOC menanjak karena ia smart dan rajin. Sampai terakhir ketika VOC dipimpin oleh Gubernur Jenderal Johannes Camphuys, Cornelis menjadi orang keempat di bawah Camphuys.
Cornelis memiliki visi yang sama seperti Camphuys, yaitu memperlakukan kaum pribumi dengan selayaknya. Ia menerapkan politik etis di mana tidak boleh ada kerja paksa dan tanam paksa, termasuk penetapan harga pembelian hasil bumi seenaknya.
Cornelis dan Camphuys menginginkan para petani menanam tanaman sesuai dengan keadaan tanahnya, karena para petani lebih mengetahui daripada orang asing. Harga pembeliannya harus melalui proses tawar-menawar hingga terjadi kesepakatan. Di era Camphuys, VOC tidak melakukan perluasan wilayah. Selain itu juga tidak ada perang.