Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Ampyang Jahe, Camilan Penawar Rindu Kampung Halaman

Diperbarui: 8 Agustus 2021   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ampyang Jahe (Dok. pribadi)

Negeri kita dikenal punya kuliner dengan cita rasa yang kaya rempah. Setiap daerah di Indonesia punya makanan khas yang endeus bekat perpaduan aneka rempah di dalamnya. 

Lada, cengkeh, jahe, ketumbar, pala, kayu manis, dan rempah lain menjadi bumbu untuk memasak sehari-hari. Tidak hanya makanan berat, rempah juga dipakai untuk bahan camilan. Ampyang, bakpia, keripik singkong, kacang telur, kue gambang, pilus, dan lainnya.

Momen Lebaran biasanya menjadi saat spesial untuk menikmati camilan khas daerah. Saat mudik, camilan khas kampung halaman menjadi salah satu sajian yang dirindukan.  

Kesukaan saya yaitu camilan yang terbuat dari kacang tanah. Salah satunya ampyang, yang dibuat dari kacang tanah dan gula merah. Kadang disebut juga gula kacang. Camilan tradisional ini bisa dijumpai di beberapa daerah di Jawa Tengah.

Saat lebaran, kehadiran ampyang yang ditempatkan di dalam wadah stoples terlihat sangat menggoda dibandingkan kue lainnya. Saya tidak akan ragu untuk membuka tutup stoples, dan mengambil satu ampyang untuk dicicip.

Kacang yang gurih dan renyah dipadukan dengan manisnya gula merah, menjadikan ampyang ini punya sensasi rasa istimewa saat digigit. Kadang, ada bahan lain yang ditambahkan. Misalnya jahe dengan rasa pedas dan hangat yang khas.

Ketika libur lebaran hampir usai dan harus kembali lagi ke ibu kota, camilan dari kampung halaman menjadi buah tangan untuk dibagikan kepada tetangga atau rekan kerja. Sementara itu, kita juga mendapatkan camilan dari berbagai daerah yang dibagikan oleh tetangga atau rekan kerja. Sehidang camilan dan secangkir teh atau kopi di meja, menjadi kombinasi yang pas untuk dijadikan teman aktivitas.

Ampyang

Sayangnya, saya tidak pulang kampung saat lebaran kemarin karena pandemi. Saya harus menahan rindu. Selain karena tak bisa bertatap muka dengan keluarga di kampung, juga tidak bisa mencicipi camilan tradisional.

Beruntung, masih ada teknologi digital yang masih bisa saya pergunakan untuk berkomunikasi dan berjumpa secara virtual dengan keluarga di kampung. Dan meski di rumah saja, saya tetap bisa icip-icip camilan tradisional sebagai teman aktivitas sehari-hari.

Jelajah Camilan Khas Indonesia di Omiyago

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline