Kerap kita melihat sebuah bendera dengan warna merah-kuning-hijau yang di tengahnya terpampang foto Bob Marley, sang legenda musik reggae. Kadang, bendera triwarna itu ada gambar daun ganja. Bagi pemerhati musik reggae, fenomena di atas tentu tak asing lagi.
Ganja dan musik reggae punya hubungan tersendiri. Bahkan ada beberapa lagu reggae yang punya lirik berkaitan dengan daun yang berbentuk mirip tapak tangan tersebut.
Penggemar reggae tentunya mafhum dengan lagu-lagu Bob Marley seperti Redemption Song, Is This Love, atau No Woman No Cry. Namun ada satu lagu berjudul Kaya yang seakan menjadi tribute atau penghormatan tersendiri terhadap ganja.
Kaya sendiri merupakan kata dalam bahasa Jamaika yang berarti ganja. Kata tersebut berulang kali muncul dalam lirik lagu Kaya.
"Got to have kaya now. Got to have kaya now
Got to have kaya now. For the rain is falling."
Tak hanya Kaya, ada lagu-lagu reggae lainnya yang berkelindan dengan ganja. Misalnya saja Legalize It (dinyanyikan oleh Peter Tosh),
"Legalize it. Don't criticize it.
Legalize it, yeah yeah. And I will advertise it.
Some call it tamjee. Some call it the weed.
Some call it marijuana. Some of them call it ganja."
Lagu-lagu lainnya seperti Free Up The Weed (Lee Perry), I Love Marijuana (Linval Thompson), dan Smoking my Ganja (Capital Letters) juga menyebut ganja dalam liriknya.
Lagu reggae secara blak-blakan menyebut kata marijuana, pot, cannabis, weed, dan ganja dalam lirik-liriknya. Hal tersebut sebagai permintaan untuk melegalisasi ganja, atau membangkitkan pengalaman spiritual tertentu.
Untuk memahaminya, kita perlu melihat lebih jauh reggae yang tak sekedar genre musik serta menggali lebih dalam tentang sejarah sosial dan relijius Jamaika, negara di mana genre tersebut lahir di tahun 1960-an