Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Ini Alasan Kelelawar Tidak Mati Terinfeksi Berbagai Virus "Ciptaannya"

Diperbarui: 22 April 2020   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Shutterstock

Wabah virus Corona tengah menjadi perhatian masyarakat. Virus dengan nama novel coronavirus (2019-nCoV) ini dideteksi pertama kali di Kota Wuhan, China. Korban meninggal dilaporkan sejumlah 80 orang. Virus kemudian menyebar dengan cepat ke negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Amerika.

Kelelawar menjadi inang yang menularkan virus korona ini. Mamalia terbang ini telah menjadi inang dari lebih 60 virus yang menginfeksi manusia, seperti rabies, SARS, MERS, hingga Ebola.

Seperti halnya tikus yang juga menjadi inang penyakit, pola hidup bekoloni menyebabkan virus mudah berpindah dari satu kelelawar ke kelelawar lainnya.

Kemampuan kelelawar untuk terbang memperparah keadaan, yang memungkinkan kelelawar bisa memindahkan virus melalui air liur dan kotoran ke binatang lain seperti kuda, babi, hingga kucing peliharaan.

Virus Hendra di Australia, ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui kuda. Virus Nipah yang menjangkiti Malaysia, menular dari kelelawar ke babi dan diteruskan ke manusia.

Kelelawar hidup di tempat-tempat gelap, misalnya gua dan hutan yang sebenarnya jauh dari manusia. Namun karena populasi manusia yang terus bertambah sehingga pemukiman terus berkembang, habitat kelelawar kemudian menjadi dekat atau bersinggungan dengan pemukiman manusia.

Ada satu pertanyaan yang mungkin timbul di pikiran kita. Kelelawar menjadi inang dari berbagai virus yang mematikan manusia, bagaimana bisa kelelawar tidak mati karena virus tersebut?

Sumber: tangkapan layar video dari MinuteEarth

Ada banyak teori atau penjelasan yang berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Saya menemukan video di kanal Youtube MinuteEarth, yang begitu gamblang menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan di atas. Animasi yang ditampilkan membuat kita bisa memahaminya dengan baik.

Lagi-lagi, kemampuan terbang kelelawar membuatnya bisa bertahan dari serangan virus. Terbang memerlukan energ besar. Ketika energi yang besar digunakan, maka waste yang besar juga dihasilkan.

Untuk mencegah waste yang reaktif merusak DNA, kelelawar telah berovolusi pada mekanisme pertahanannya sekaligus membantu mencegah kelelawar menyerah terhadap penyakit.

Selain itu, kelelawar ketika terbang akan memiliki suhu internal hingga mencapai 40 derajat Celcius. Kondisi tersebut terlalu panas bagi banyak virus. Ibarat pesawat terbang, jika suhu pesawat 40 derajat Celcius maka penumpang menjadi kepanasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline