Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Topi Bambu, Potensi Produk UMKM Kabupaten Tangerang yang Siap Bersaing di Pasar Global

Diperbarui: 10 Desember 2018   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Jumat pagi kemarin saya berkunjung ke galeri Topi Bambu. Lokasinya berada di Jalan Raya Serang, Cikupa, Kabupaten Tangerang dan cukup dekat dengan tempat tinggal saya. Dan kebetulan sekali saya bisa bertemu dengan Kang Agus, pemilik galeri Topi Bambu tersebut. Dengan ramah laki-laki yang memiliki nama lengkap Agus Hasanudin ini menerima saya di galeri yang berukuran 7x3 meter tersebut.

Bermacam produk berbahan dasar bambu memenuhi ruang depan dan belakang galeri, seperti topi, kopiah, sombrero, dompet, gantungan kunci, hingga sepatu. Di salah satu dinding, saya melihat sebuah pigura yang di dalamnya terdapat piagam penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Kang Agus yang mengenakan baju batik lengan pendek mulai menceritakan banyak hal, mulai dari latar belakang dirinya hingga soal topi bambu.

dok. pribadi

Kang Agus adalah putra asli Tangerang dan lulusan Teknik Elektro dari ISTN Jakarta. Selepas kuliah ia bekerja sebagai teknisi di salah satu perusahaan, dan sempat ditempatkan di Makasar. Kang Agus sering mencatat apa yang dikerjakannya seperti memperbaiki mesin, hingga akhirnya ia membuat buku manual yang bisa dipergunakan sebagai panduan baik bagi dirinya maupun rekan-rekannya.

Kang Agus kemudian dipindahkan ke kantor di Jakarta, hingga kemudian ia memutuskan resign beberapa tahun lalu. Kegemarannya menulis terus dilakukannya, misalnya dengan menulis di blog pribadi. Dan ternyata Kang Agus ini juga seorang kompasianer.

Melalui tulisannya, Kang Agus aktif mempromosikan potensi-potensi yang ada di Kabupaten Tangerang, salah satunya yaitu topi bambu. Topi bambu sebagai produk kerajinan asli Tangerang sendiri keberadaannya sudah ada sejak tahun 1887 pada masa pendudukan Belanda. Topi bambu kala itu bahkan sudah diekspor ke Amerika dan Eropa.

dok. pribadi

Upaya Kang Agus mempromosikan topi bambu melalui tulisannya di dunia maya menarik minat pembeli. Mau tak mau Kang Agus bersama komunitas Topi Bambu yang berdiri pada rahun 2011 harus menjalin mitra dengan para perajin topi bambu. Saat ini Kang Agus memiliki mitra sebanyak 20 orang untuk membuat UMKM topi bambu.

Dengan bermodal kepercayaan yang ia peroleh dari para perajin, Kang Agus mulai berjualan topi bambu, tanpa modal. Ia juga mendirikan galeri topi bambu untuk melestarikan topi bambu tersebut. Sebuah penghargaan dari MURI berhasil didapatkan pada tahun 2011 melalui topi bambu terbesar dengan diameter 2 meter.

dok. pribadi

Galeri topi bambu yang ukurannya tidak terlalu besar tersebut sering diliput beberapa stasiun televisi tanah air. Tidak hanya itu, tamu dari luar negeri juga pernah berkunjung ke galeri ini.

Berbagai upaya secara gencar terus dilakukan oleh Kang Agus dan komunitas Topi Bambu untuk melestarikan produk lokal dari Tangerang ini. Promosi terus dilakukan secara konsisten, mulai dari keikutsertaan pada pameran lokal dan nasional bahkan hingga mencari relasi ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

dok. pribadi

Produk topi dan kopiah bambu selain diminati masyarakat biasa, juga dipesan oleh tokoh agama dan politik, KPUD saat pilkada beberapa waktu lalu, hingga partai politik. Kang Agus sendiri pernah mendapatkan order dari Jepang untuk mengirimkan produk sebanyak satu kontener. Namun karena keterbatasan kapasitas, permintaan ini tidak dipenuhi.

Kang Agus terus mencoba mengembangkan anyaman bambu tidak hanya menjadi topi, tetapi juga menjadi produk lain. Salah satunya adalah produk sepatu, yang sempat pernah akan dipamerkan di salah satu pameran di Bali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline