Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Berlari dan Berwisata di Mandiri Jogja Marathon

Diperbarui: 16 April 2018   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Olahraga lari belakangan ini sedang naik daun di masyarakat. Berlari bisa dilakukan siapa saja, tidak hanya oleh olahragawan profesional tetapi juga oleh masyarakat awam. Dengan biaya yang murah, bahkan tanpa biaya, berlari bisa dilakukan di jalan perumahan sampai stadion berskala internasional.

Karena gairah masyarakat yang semakin meningkat, berbagai event lari juga makin marak diadakan di beberapa kota. Setiap akhir pekan di hampir sepanjang tahun, lomba lari digelar di berbagai tempat mulai dari jarak 5 KM, 10 KM, 21 KM, marathon (42 KM), hingga ultramarathon. Tiket untuk beberapa event favorit bahkan sering habis hanya dalam hitungan hari setelah pendaftaran dimulai.

Ada berbagai alasan masyarakat mengikuti lomba lari. Bagi pelari profesional, meraih podium atau menjadi juara adalah tujuan utama. Sementara bagi pelari non profesional, alasannya bisa beragam. Mulai dari memperbaiki catatan waktu pribadi, hingga sekedar berekreasi atau berwisata.

Jika selama ini kita mengenal jenis wisata alam, sejarah, budaya dan kuliner, maka ada satu lagi jenis wisata yang muncul belakangan ini yaitu wisata olahraga (sport tourism). Wisata olahraga berlatar belakang sebuah event olahraga yang dihelat, seperti lomba lari. Perhatian dan keseriusan panitia lomba dan pemerintah setempat menjadi kunci keberhasilannya.

Sebuah lomba lari bisa mendatangkan pemasukan yang besar bagi sebuah daerah. Seorang peserta lari tidak semata-mata datang untuk berlari saja, tetapi akan menginap, makan, dan berkunjung di tempat-tempat menarik di mana ajang lari diadakan. Bisnis perhotelan, kuliner dan yang lain akan kecipratan berkah dari sebuah lomba lari.

Mandiri Jogja Marathon adalah salah satu lomba lari yang mengusung tema sport tourism. Daya tariknya tentu saja pesona Yogyakarta sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Mandiri Jogja Marathon atau lebih dikenal oleh pecinta lari dengan istilah Jogmar digelar pertama kali pada tahun 2017.

Tahun 2018 ini Mandiri Jogja Marathon diadakan tanggal 15 April 2018 dan diikuti oleh 8 ribu pelari dari dalam dan luar negeri. 80 persen dari jumlah peserta tersebut berasal dari luar Yogyakarta, sebagian besar dari Jabodetabek. Sudah bisa dibayangkan, berapa banyak pemasukan yang didapatkan oleh bisnis hotel, kuliner dan tempat wisata dengan adanya gelaran Jogmar ini.

dok. pribadi

Mandiri Jogja Marathon mengambil rute di sekitar candi Prambanan, melintasi candi-candi, desa, dan persawahan yang berada di Sleman dan Klaten. Beberapa atraksi budaya seperti gamelan jawa, jathilan, atau pukul lesung juga diadakan di sejumlah titik untuk menghibur para pelari. Inilah yang membuat saya tertarik untuk menjadi peserta, ikut berlari dan berwisata. 

Setelah tahun 2017 lalu saya gagal ikut Jogmar karena berbenturan dengan acara lari di tempat lain, maka Jogmar 2018 ini menjadi event yang saya tunggu. Saya tiba di Yogyakarta hari Jumat, 2 hari sebelum lomba. Jeda waktu tersebut saya manfaatkan untuk berwisata murah meriah di Malioboro dan berkunjung ke kerabat di Bantul.

Hari-H lomba, saya tiba di lokasi lomba jam 3 pagi. Masih ada waktu cukup banyak sebelum kategori Full Marathon dimulai jam 04.45. Bersamaan dengan acara lari tersebut, saya bergabung juga dengan rekan-rekan kompasianer dari Yogyakarta dalam acara "KJOG #OnLoc Mandiri Jogja Marathon 2018" untuk meliput langsung acara Jogmar tersebut. Setelah berkumpul di tenda media dan mendapatkan penjelasan singkat, jam 04.30 setiap rekan kompasianer mulai melakukan liputan di race central di kompleks Prambanan.

Menteri BUMN, Rini Soemarno mengibarkan bendera untuk melepas peserta Full Marathon pukul 04.45. Beliau juga ikut berlari untuk kategori 5 KM. Saya mengambil posisi start di belakang mengingat kecepatan lari saya yang tidak terlalu bagus. Kesadaran untuk melakukan hal ini memang sebaiknya diambil oleh setiap pelari non profesional, untuk memberikan kesempatan pelari lain yang lebih cepat memulai lomba berada di depannya. Dengan jumlah ribuan pelari, cara ini bisa menghindarkan terjadinya tabrakan antar pelari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline