Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Potret Pagi di Tanjung Binga

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13837636341709279642

Hari sudah beranjak terang ketika saya sampai di Tanjung Binga, sebuah desa nelayan yang berada di pesisir barat laut Pulau Belitung. Tanjung Binga berjarak sekitar 18 kilometer dari Tanjung Pandan. Pagi itu saya singgah sebentar di desa nelayan tersebut sebelum ke Tanjung Kelayang yang berjarak sekitar 10 kilometer lagi. Nama Tanjung Binga sepertinya jarang disebut pada beberapa referensi di dunia maya yang sempat saya baca sebagai destinasi wisata di Belitung. Informasi mengenai tempat tersebut saya peroleh dari ittinerary yang diberikan oleh Mbak Sash, yang sebelumnya pernah ke Belitung.

Sepeda motor saya kendarai dengan lambat begitu memasuki jalan desa sekitar jam tujuh kurang. Aktivitas jual beli hasil laut terlihat pada satu-dua tempat di tepi jalan aspal dengan lebar sekitar 4-5 meter tersebut. Beberapa mobil pick-up juga terlihat dan siap mengangkut tangkapan para nelayan. Di sebelah kanan jalan, beberapa belas meter di belakang rumah-rumah penduduk, terlihat banyak perahu nelayan yang telah bersandar.

[caption id="attachment_276442" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu aktivitas pagi di  Tanjung Binga"][/caption]

Setelah memarkir motor, saya segera berjalan kaki menuju tempat tersebut. Panggung-panggung kayu berjajar di sepanjang pantai yang sebagian besar dipenuhi oleh ikan-ikan berukuran kecil yang sedang dijemur. Dengan berjalan berhati-hati di atas panggung kayu tersebut, saya mencoba melihat lebih dekat aktivitas yang sedang berlangsung pagi itu. Seorang ibu yang mengenakan caping (penutup kepala) tengah mengatur ikan-ikan untuk dijemur. Biasanya perlu waktu sekitar dua hari agar ikan bisa kering dan siap untuk dijual, demikian kata ibu tersebut kepada saya.

[caption id="attachment_276443" align="aligncenter" width="640" caption="Menjemur ikan"]

1383763703783167339

[/caption]

Di belakangnya, ada sebuah bangunan sederhana dan tampak dua ibu lainnya di dalamnya. Keduanya sedang membersihkan ikan-ikan pada keranjang yang dimasukkan ke dalam drum yang berisi air. Jika telah selesai, maka keranjang tersebut diangkat oleh keduanya dan ikan-ikan di dalam keranjang dituang di tempat penjemuran. Ibu yang pertama tadilah yang selanjutnya bertugas mengatur ikan-ikan tersebut sedemikian rupa.

[caption id="attachment_276444" align="aligncenter" width="640" caption="Mencuci ikan"]

1383763754163883802

[/caption] [caption id="attachment_276445" align="aligncenter" width="640" caption="Dari keranjang, ikan-ikan dituang ke tempat penjemuran"]

13837638101715052424

[/caption]

Saya berpamitan dan meninggalkan tempat tersebut. Dua pria tampak sedang berbincang, sementara di dekatnya terdapat tiga ember berisi penuh cumi-cumi yang telah dibersihkan. Tiba di tepi jalan dimana saya memarkir sepeda motor, saya melihat seorang ibu dengan sepeda kayuhnya yang sedang berjualan makanan. Saya menghampirinya dan membeli tiga bungkus ketan dan dua potong ikan asin goreng sebagai lauk seharga 3 ribu untuk sarapan. Seorang bapak juga sedang menikmati menu yang sama dan kami berdua terlibat obrolan ringan pagi itu.

[caption id="attachment_276446" align="aligncenter" width="640" caption="Tiga ember berisi cumi-cumi"]

1383763918975058927

[/caption]

Usai sarapan, saya melanjutkan perjalanan. Baru beberapa menit mengendarai motor, tampaklah dermaga Tanjung Binga di sebelah kiri jalan yang tidak saya lihat (terlewat) pada saat tiba tadi. Saya pun membelokkan sepeda motor menuju dermaga tersebut. Hanya sedikit perahu yang bersandar pada dermaga, mungkin karena hari telah beranjak siang. Pukul 7.15 saya pun meninggalkan Tanjung Binga menuju Tanjung Kelayang.

[caption id="attachment_276447" align="aligncenter" width="640" caption="Dermaga sederhana"]

13837639971012952916

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline