Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Kapan Semua Jalan Tol Bisa Dilewati Sepeda Motor?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14009348772113247064

"Waktu peresmian, banyak warga yang datang ke sini, berfoto-foto di jalan tol. Ndeso ya?"

Sepenggal kalimat itu terucap oleh Heri, teman SMU saya, ketika kami berdua berboncengan dengan sepeda motor di jalan tol Bali Mandara bulan Nopember 2013 lalu. Melintasi jalan tol yang berada di atas laut itu, saya malah melakukan hal ndeso yang diucapkan heri. Beberapa kali saya jeprat-jepret pemandangan yang saya lihat siang itu, dalam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai menuju rumah Heri di Nusa Dua.

[caption id="attachment_308365" align="aligncenter" width="600" caption="Bersepada motor di jalan tol "][/caption]

Jalur sepeda motor di jalan tol saat ini mungkin hanya bisa ditemui di Bali. Jalan tol yang ada masih menjadi restricted area bagi sepeda motor, tidak boleh dilalui. Populasi kendaraan bermotor yang masih beroperasi di seluruh Indonesia mencapai angka 104 juta pada tahun 2013 lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86 juta di antaranya adalah sepeda motor. Dengan prosentase mencapai 82 persen, apakah suatu saat nanti sepeda motor diperbolehkan masuk tol untuk mengatasi masalah kemacetan yang sedang dialami kota-kota besar di Indonesia?

---

Adalah Pak Leo Kusima dan Pak Ruslan Andy Chandra, dua kompasianer yang menaruh perhatian khusus akan perlunya jalur khusus sepeda motor pada sesi tanya jawab dalam acara Nangkring Bareng Puskom Kementerian PU tanggal 29 April lalu di Gedung Heritage, Kementerian PU Jakarta. Acara yang dihadiri sekitar 50 kompasianer dengan para petinggi dari Kementerian PU sebagai nara sumber, di antaranya Sekjen Kementerian PU, Ir. Agoes Widjanarko, MiP; Injen Kementerian PU, Ir. R. Bambang Goeritno Soekamto, MSc, Mpa; Kapuskom Publik Kementerian Pekerjaan Umum, Ir Danis Hidayat Sumadilaga, dan beberapa pejabat yang lain.

Pak Leo mengemukakan gagasan mengenai jalan layang khusus sepeda motor sebagai salah satu solusi bagi kemacetan yang terjadi khususnya di Jakarta. Beliau sendiri adalah pemegang hak paten untuk jalan layang bebas hambatan khusus kendaraan ringan beroda kurang dari empat. Bahkan sebelumnya beliau pernah mengirimkan surat kepada menteri PU mengenai pembangunan jalan tol khusus untuk motor. Sementara Pak Ruslan memaparkan gagasan “Satu Meter untuk Roda Dua”, yang mendorong pemerintah untuk membangun jalur khusus sepeda motor sebagai solusi terhadap masalah kemacetan.

[caption id="attachment_308366" align="aligncenter" width="600" caption="Bapak Leo Kusima (pegang mikrofon) pada sesi tanya jawab"]

140093494147412383

[/caption]

Menanggapi masukan dari kedua kompasianer tersebut, Bapak Agoes Widjanarko (Sekjen Kemen PU) mengatakan bahwa jalur khusus sepeda motor sudah dipikirkan oleh Kementerian PU. Bahkan ke depannya Kementerian PU mencanangkan setiap jalan tol baru akan ada jalur untuk sepeda motor tersebut. Selain Pak Leo dan Pak Ruslan, kompasianer lainnya juga antusias dalam sesi tanya jawab di acara Kompasiana Nangkring yang berlangsung cukup hangat tersebut.

Pada sesi sebelumnya, dijelaskan mengenai sejarah panjang Kementerian PU. Sebelum kemerdekaan, nama yang dipakai pada masa Hindia Belanda adalah Burgerlijke Openbare Werken (1919)” dan kemudian menjadiDepartement van Verkeen en Waterstaat (1924)”. Sedangkan pada zaman pendudukan Jepang diberi nama Kotobu Bunsitsu, lazim juga disebut “Oeroesan Pekerdjaan Oemoem”. Selanjutnya pada masa kemerdekaan, Abikusno Tjokrosoejoso diangkat menjadi menteri PU pada kabinet pertama di era Presiden Soekarno.

Kementerian PU sempat beberapa kali berganti nama, seperti Departemen PU (era Presiden Soeharto), Departemen Pemukiman dan Pengembangan Wilayah (era Presiden Abdurrahman Wahid), Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (era Presiden Megawati) dan akhirnya kembali menjadi Kementerian Pekerjaan Umum (era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono).



Diawali dengan proyek pembangunan Kota Baru Kebayoran di tahun 1950, infrastruktur lainnya terus dibangun oleh Kementerian PU. Pembangunan Stadion Gelora Bung Karno di Senayan pada tahun 1960 (sehubungan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games tahun 1962), Jembatan Semanggi tahun 1961 yang dirancang oleh Ir. Sutami (menteri PU kala itu), jalan tol Jakarta – Bogor – Ciawi sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dibangun mulai 1973, Waduk Wadaslintang di Wonosobo (dibangun mulai tahun 1982), jalan tol Cikampek – Purwakarta – Padalarang (dibangun mulai tahun 2002) atau jalan tol Bali Mandara (dibangun mulai tahun 2004) adalah contoh-contoh infrastruktur yang telah dikerjakan oleh kementerian PU.

[caption id="attachment_308367" align="aligncenter" width="600" caption="Buku-buku langka di perpustakaan Kemen PU (sumber: pustaka.pu.go.id)"]

1400935105865075402

[/caption]

Begitu panjang sejarah yang telah dilalui oleh Kementerian PU yang sejalan dengan begitu banyaknya infrastruktur yang telah berhasil dibangun, tentunya perlu didokumentasikan secara baik agar bangsa Indonesia ini bisa melihat kembali ke belakang mengenai capaian-capaian yang telah dilalui. Sekjen Kemen PU, Bapak Agoes Widjanarko mengungkapkan rencana menjadikan lantai 2 Gedung Heritage di Kementerian PU sebagai museum dan perpustakaan. Pondasi pertama dalam membangun jembatan dan buku-buku yang koleksinya mencapai ribuan bisa dipajang dan disimpan di museum dan perpustakaan tersebut nantinya. Hal ini sebagai wujud partisipasi Kementerian PU dalam proses mencerdaskan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline