Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Ketika Buruh Pabrik Pergi ke Tambang

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423765841664039094

“Setiap kegiatan akan memiliki dampak baik negatif atau positif. Sebuah pabrik misalnya, di satu sisi akan memberi dampak terhadap positif perekonomian dan di sisi lain berdampak negatif terhadap lingkungan. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal tersebut, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.”

Begitulah kira-kira jawaban yang saya utarakan atas pertanyaan ‘apa pendapatmu mengenai pertambangan’. Pertanyaan ini diajukan saat sesi wawancara dengan PT Newmont Nusa Tenggara, setelah beberapa waktu sebelumnya saya beruntung terpilih menjadi salah satu peserta Sustainable Mining Bootcamp.

[caption id="attachment_350833" align="aligncenter" width="570" caption="Selamat datang di Batu Hijau"][/caption]

***

Kompetisi blog bertema “Mengenal Tambang Lebih Dekat” yang diadakan akhir 2013 telah menghasilkan lebih dari 500 tulisan baik melaui Kompasiana meaupun blog pribadi. 21 peserta akhirnya terpilih untuk bisa mengikuti bootcamp di Sumbawa, namun akhirnya hanya 16 peserta yang bisa berangkat bulan Januari 2015 lalu. Sebagian besar teman-teman saya tersebut memiliki latar belakang yang terkait dengan dunia pendidikan, baik yang masih berstatus mahasiswa maupun yang telah mengajar (guru atau dosen).  Saya sendiri sebagai satu-satunya peserta yang berstatus sebagai buruh pabrik.

Misi pribadi saat datang ke lokasi tambang PT NNT cukup sederhana. Pertama, saya ingin belajar bagaimana proses mengolah batuan menjadi konsentrat. Dan kedua, mencari tahu masalah apa yang sedang dan akan dihadapi oleh PT NNT. Dalam pikiran saya saat itu, masalah yang identik dengan kegiatan pertambangan adalah isu-isu lingkungan dan karenanya saya perlu mengetahui bagaimana PT NNT menyikapi hal tersebut.

[caption id="attachment_350834" align="aligncenter" width="400" caption="Berdiri di sini, merasa seperti di pabrik ban tempat saya bekerja dulu "]

14237660911854956579

[/caption]

Dua hari pertama bootcamp, kami melihat bagaimana mineral berharga diambil dari perut bumi dan diolah menjadi barang bernilai. Saya seperti menjalani OTJ (On The Job) training sepeti ketika masa-masa awal bekerja tahun 2000 lalu di salah satu pabrik ban di Tangerang. Bahkan ketika saya berdiri di 'monumen' ban di PT NNT, saya seperti sedang berada di pabrik ban tempat saya bekerja dulu, yang juga memiliki 'monumen' seperti ini. Masih melekat di kepala saya 15 tahun lalu saya belajar bagaimana karet diproses menjadi ban. Mulai dari pengolahan bahan baku di mesin mixing, lalu outputnya digunakan untuk membuat tread (telapak ban), sidewall (dinding samping ban), carcass (kain ban berupa lembaran-lembaran nylon yang dilapisi karet), juga bead (kawat yang dilapisi karet).  Barang-barang tersebut kemudian dibentuk oleh mesin building menjadi ban setengah jadi, hinga akhirnya dimasak di mesin curing menjadi ban jadi.

Melihat proses pengambilan batuan tambang dan pengolahannya menjadi konsentrat cukup menarik bagi saya. Prosesnya sebenarnya cukup sederhana, namun dilakukan dengan jumlah bahan dan ukuran mesin dan alat penunjang lainnya yang sangat besar. Memiliki latar belakang sebagai lulusan teknik mesin dan teknik industri, membuat saya bisa memahami secara garis besar apa yang kami pelajari di Sumbawa saat itu. Ada beberapa hal bersifat teknis yang memang baru bagi saya, dan ini setidaknya menjadi pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Selengkapnya mengenai proses pertambangan di Sumbawa ini, bisa dilihat di sini.

[caption id="attachment_349250" align="aligncenter" width="570" caption="Haul truck yang berukuran sangat besar"]

1422992476812127147

[/caption]

Selama mengikuti bootcamp, beberapa kali saya mencoba mengingat standar-standar yang saya pelajari selama bekerja di pabrik hingga saat ini. Misalnya mengenai ISO 9001 (Sistem Mutu), OHSAS 18001 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), atau ISO 14001 (Lingkungan). Standar-standar tersebut pun saya coba bandingkan penerapannya dengan apa yang saya lihat di PT NNT. Mengenai Sistem Mutu memang perlu melihat lebih jauh ke dalam dokumen seperti instruksi kerja atau prosedur yang dimiliki. Namun ketika saya melihat kondisi aktual di lapangan yang begitu teratur, saya yakin bahwa menjalankan prosedur mutu dengan benar bukanlah hal baru bagi PT NNT.

Selanjutnya mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja, ini juga berjalan sangat baik. Alat perlindungan diri (APD) wajib dikenakan semua karyawan yang berada di lingkungan tambang, termasuk kami sebagai peserta bootcamp yang sejak hari pertama kudu mengenakan perlengkapan pengaman mulai dari kepala hingga kaki. Aturan berjalan kaki atau mengemudi kendaraan di area tambang juga telah berjalan baik. Justru kami peserta bootcamp yang kadang abai terhadap peraturan yang ada, semisal berjalan di zebra cross saat menyeberang atau mengenakan sabuk pengaman saat berada di kendaraan. Hal positif yang bisa dicontoh, semua penumpang bus bahkan wajib memasang sabuk pengaman yang ada di setiap kursi.

Aspek Lingkungan sejak semula menjadi salah satu misi pribadi yang ingin saya lihat. Saat hari ke-3, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melihat aktivitas terkait lingkungan. Saya sendiri ikut dalam kelompok yang melihat proses reklamasi yang dilakukan PT NNT.  Dengan mata kepala sendiri, saya menyaksikan bagaimana beberapa area yang dulu dibuka untuk kegiatan pertambangan kini telah mulai dihijaukan kembali, bahkan sudah ada yang menjadi hutan. Selengkapnya ada di sini.

[caption id="attachment_348157" align="aligncenter" width="570" caption="Melihat langsung kegiatan reklamasi"]

1422299105891576143

[/caption]

Kelompok-kelompok lain melihat bagaimana pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT NNT.  Mulai dari pemantauan air laut dengan mengambil sampel air di Teluk Senunu dimana tailing (residu tambang) ditempatkan. Tak hanya air laut, sumber dan aliran air yang ada di daratan di sekitar tambang juga tak luput dari pemeriksaan laborat secara berkala. Lalu pembangkit listrik mengunakan batubara yang memiliki kandungan low sulfur, yang tentunya emisi yang dihasilkan ramah lingkungan.  Semuanya membuktikan bahwa PT NNT sangat memerhatikan aspek lingkungan, sekaligus menjawab tuntas pertanyaan yang ada pada misi awal saya sebelumnya.

Menjelang hari-hari terakhir bootcamp tepatnya pada hari ke-5, kami berkesempatan bertemu dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa Barat, Dr. Ir. W. Musyafirin, MM. Dalam pertemuan ini Pak Musyafirin menyampaikan pengalaman Sumbawa Barat terkait bidang pertambangan. Juga bagaimana kontribusi PT NNT yang dari tahun ke tahun menurun terhadap pendapatan daerah KSB dari 29,44% (tahun 2011), 18,72% (2012), menjadi 16,19% (2013). Untuk tahun 2014 sendiri masih dalam proses audit. Lebih lanjut melalui slide-slide presentasi yang ditayangkan, Pak  Musyafirin menyampaikan hal-hal terkait yang menyebabkan KSB belum mendapatkan pendapatan daerah yang maksimal dari keberadaan PT NNT.

[caption id="attachment_350836" align="aligncenter" width="570" caption="Slide presentasi Sekda KSB"]

14237673491795667633

[/caption]

[caption id="attachment_350837" align="aligncenter" width="570" caption="Slide presentasi Sekda KSB"]

14237673952114172125

[/caption]

[caption id="attachment_350838" align="aligncenter" width="570" caption="Slide presentasi Sekda KSB"]

14237674551373268339

[/caption]

[caption id="attachment_350839" align="aligncenter" width="570" caption="Slide presentasi Sekda KSB"]

14237675121775456968

[/caption]

Cukup dilematis untuk menyikapi apa yang tengah terjadi. Di satu sisi dari segi teknis pertambangan PT NNT, saya nilai telah melaksanakan segala prosedur yang berlaku. Keterbukaan untuk mengadakan bootcamp sendiri perlu diapresiasi, bahkan kami peserta bootcamp bebas untuk menuliskan apa saja mengenai apa yang telah kami lihat dan rasakan langsung di site Batu Hijau. Di sisi lain, keberadaan Kontrak Karya, UU No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba, atau Otonomi Daerah  menjadi hal yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar.

Tak mudah untuk mengurai benang kusut dunia pertambangan tersebut. Bagi buruh pabrik seperti saya, hal tersebut seperti sulitnya menyikapi masalah-masalah klasik perburuhan di Indonesia. Masalah yang bukan terletak pada sisi teknis industri, namun lebih pada peraturan perundangan yang ada. Semua pihak perlu duduk bersama untuk mencari jalan keluarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline