Lihat ke Halaman Asli

Daniel Kalis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Review Film Glass (2019), Bertemunya Tiga Tokoh Ikonik

Diperbarui: 14 November 2021   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: IMDB

*Artikel ini mengandung bocoran yang mungkin membuat kamu tidak nyaman.

Di tahun 2019 yang lalu, M.Night Shyamalan kembali membuat satu karya fenomenal yang telah ditunggu-tunggu penggemar sejak lama. Glass (2019) menjadi trilogi penutup dari dua film sebelumnya yakni Unbreakable (2000) dan Split (2016).

Buat kamu yang belum menonton kedua film ini, berikut rangkuman singkatnya. Di film Unbreakable, kita diajak berkenalan dengan Mr. Glass (Samuel L. Jackson), seorang fanatik komik jenius yang menderita penyakit osteogenesis imperfecta. Penyakit ini menyebabkan tulangnya amat rapuh dan mudah sekali patah. Selain itu, ada juga David Dunn (Bruce Willis), satu-satunya penumpang yang selamat dari kecelakaan kereta dan menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan sakit. Ia juga bisa menilai baik jahatnya seseorang hanya dengan sentuhan.

Sementara itu di Split (2016), kita diajak berkenalan dengan Kevin Wendell Crumb (James McAvoy), seorang yang memiliki 24 kepribadian. Nah, di film Glass ketiga tokoh sentral ini akan disatukan dalam satu layar.


Penuh Permainan Psikologi

Di awal film, kita diperlihatkan kondisi terkini para tokoh. Dun kini memilki toko alat keamanan bersama anaknya Joseph (Spencer Treat Clark). Jiwa vigilante-nya belum hilang, sesekali dirinya masih menghajar penjahat di kotanya.

Sementara Kevin masih mencari mangsa seperti biasanya. Takdir kemudian mempertemukan mereka dan terjadilah pertarungan epik antara Dun dengan The Beast, wujud terliar Kevin.

Ternyata, mereka telah menjadi incaran polisi. Kedua orang ini pun dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dan bertemu dengan Mr. Glass yang ternyata juga ada di sana.

Ada satu adegan di mana mereka bertiga dikumpulkan dalam satu ruangan dengan didampingi oleh Dr. Ellie Staple (Sarah Paulson), psikiater memiliki tujuan untuk menyadarkan mereka bahwa kekuatan "super" yang mereka miliki sebenarnya hanyalah halusinasi.

Bagi sebagian orang, adegan ini mungkin sedikit membosankan. Namun bagi saya, dialog yang dihasilkan amat intens dan menarik untuk dilihat dari kacamata psikoanalisis Sigmund Freud.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline