Lihat ke Halaman Asli

Daniel Kalis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Memahami Roda Kehidupan

Diperbarui: 10 Januari 2021   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Warga beraktivitas di pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Minggu (28/7/2019). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, persentase penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47 persen atau sebesar 365,55 ribu orang. Saat ini pemerintah DKI Jakarta melakukan pilot project di beberapa wilayah dengan mengutamakan program KJP, Kesehatan, dan Pendidikan yang ditargetkan dapat mengurangi kemiskinan. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Kemarin, saat saya baca-baca tulisan di Quora, saya menemukan satu tulisan yang sangat menarik. Tulisan itu membicarakan tentang roda kehidupan, suatu hal yang seringkali disinggung dalam percakapan tentang nasib seseorang. 

Namun, tulisan itu sekaligus memberi saya gambaran lain tentang roda kehidupan dan jawaban atas pertanyaan yang mungkin selama ini kita tanyakan. Pada tulisan ini, saya akan mencoba untuk membahas ulang dan melengkapi apa yang sudah ditulis pada artikel tersebut.

Saya akan memulai dengan sebuah pertanyaan, pernahkah terlintas di benak pembaca pertanyaan-pertanyaan seperti, "Kalau hidup itu seperti roda berputar, kenapa sih kok orang kaya itu terus bertambah kaya dan orang miskin terus hidup miskin?" atau "Kenapa ada orang yang seperti tidak pernah sakit seumur hidupnya dan ada orang yang sakit-sakitan terus seumur hidupnya?"

Pertanyaan ini tentu susah terjawab jika kita mengandaikan roda kehidupan itu seperti ini:

Sumber: Pixabay.com

Padahal, roda kehidupan itu lebih mirip seperti ini:

Sumber: catatanlaci.com

Ya, hidup tidak sesimpel itu. Hidup ini terdiri dari berbagai komponen yang saling bertautan satu sama lain. Kalau kita andaikan tiap elemen kehidupan adalah gir, maka akan ada gir karir, gir kesehatan, gir asmara, gir pendidikan, gir prestasi, gir kekayaan, dan masih banyak gir lainnya. 

Jika kita mengandaikan hidup seperti roda kayu, maka kita seolah menyamaratakan semua elemen kehidupan menjadi "di atas" dan "di bawah". 

Padahal bisa jadi, misal dalam elemen keuangan kamu sedang di bawah tetapi dalam elemen asmara kamu malah sedang berada di atas. Ya, kehidupan memang tidak bisa digeneralisir.

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah tiap orang memiiki roda yang berbeda. Apakah orang kaya tidak pernah "jatuh"? Saya yakin pasti pernah. Namun kejatuhan mereka akan kita anggap tetap pada standar "kaya". Inilah alasan kenapa kita menganggap orang kaya akan tetap kaya, karena indikator yang dipakai untuk mengukur kekayaannnya saja sudah berbeda.

Kekayaan ini pun dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, ada faktor orangtuanya yang memang sudah kaya, faktor relasi, faktor tekad dan kerja keras, faktor pendidikan, dan berbagai macam faktor-faktor lainnya. 

Ini baru tentang kekayaan, belum tentang yang lainnya. Jadi, meski kita punya kehendak atas diri kita sendiri, tetapi kita tidak pernah benar-benar bebas. Kita hidup dalam dunia yang sudah saling berkaitan satu dengan yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline