Sebagai salah seorang yang pernah menjadi warga Jakarta, keadaan saat ini sepertinya lebih parah dibanding banjir-banjir yang terjadi 2007 atau 2012 atau banjir banjir yang lain.
Banjir tidak hanya terjadi di Jakarta, lalu kenapa Anies yang disalahkan? Ada beberapa kemungkinan jawabannya.
Pertama, posisi Anies sebagai Gubernur sudah pasti akan menjadi sasaran tudingan. Kedua, salah satu janji politik ketika kampanye merebut kursi nomor 1 DKI adalah mengatasi banjir bukan memperlebar trotoar. Ketiga, tidak dipungkiri masih ada pendukung lawan politik (oposisi) Anies yang memang selalu siap sedia menyerang kelemahan Anies. Keempat, DKI Jakarta masih berstatus sebagai ibukota negara. Kelima, Jakarta mempunyai APBD yang tertinggi dari daerah lain sehingga seharusnya bisa lebih baik dalam penanganan banjir.
DKI secara geografis merupakan kota yang dekat pantai. Sehingga potensi banjir (banjir rob) akan menjadi gejala alam yang mengibtai. DKI juga memiliki 13 sungai yang mengalir air dari Hulu yang jika meluap akan menjadi banjir luapan.
Namun banjir sesungguhnya adalah salah satu kategori bencana yang bisa diprediksi artinya siapapun gubernurnya memang harus sadar dan punya rencana konkrit dalam menyelesaikan masalah banjir.
Pada akhirnya hentikan menyalahkan Anies meskipun sebenernya dengan memilih menjadi Gubernur Jakarta adalah kesalahan awal yang dilakukannya ketika dia sadar empat fakta tentang DKI di atas apalagi ketika sesungguhnya tidak memiliki sumber daya mengatasi masalah.
Pilkada sudah usai hentikan menyerang mari kita saling membantu menyelesaikan masalah banjir Jakarta. Berhenti bernarasi jika memang harus membutuhkan masukan dan pemikiran orang lain meski itu mantan lawan politik jangan sombong untuk meminta bantuan.
#savejakarta #stopbanjir@jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H