Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Pembelajaran di Kelas

Diperbarui: 29 Oktober 2019   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru harus berani bermetemorfosis dari super star menjadi mentor. Pembelajaran di kelas menjadi sangat monoton karena pusat kegiatan belajar masih dipegang oleh guru. 

Pelaksanaan student center dalam pembelajaran di kelas kemudian terlihat menjadi monoton karena banyak guru yang kemudian membiarkan murid dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa monitoring. Student center kemudian menjadi ajang guru untuk tidak masuk di dalam kelas atau meskipun di dalam kelas hanya menjadi penonton dari aktifitas murid. Tidak hanya itu guru kemudian lupa salah satu tugasnya melakukan penilaian autentik. 

Banyak guru merasa tidak mungkin melakukan penilaian autentik. Tanpa disadari Penilaian autentik semakin tidak mungkin dilakukan karena guru masih sering berhasrat menjelaskan materi dari awal hingga akhir dengan memberikan beberapa kesempatan kepada murid untuk menjawab atau merespon pertanyaan guru. 

Pembelajaran harus dimaknai sebagai kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid dengan pengawasan dan bantuan guru dengan tujuan memberikan pengalaman untuk menumbuhkan kemampuan sikap melakukan nilai nilai  ketuhanan dan sosial, kemampuan pengetahuan, dan kemampuan keterampilan. 

Pembelajaran di persekolahan saat ini masih berfokus kepada aspek pengetahuan dengan sedikit keterampilan. Sementara aspek sikap belum menjadi fokus dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 37 tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang berlaku di Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi sikap tidak ada tertulis jelas seperti halnya kompetensi dasar terkait pengetahuan dan keterampilan. 

Lalu bagaimana guru harus menumbuhkan kompetensi sikap dalam pembelajaran? Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran untuk aspek sikap. Kompetensi dasar dan indikator menggunakan kata kerja operasional aspek afektif. 

Kedua, Upaya penumbuhan sikap merupakan kegiatan Pengulangan. Dengan kata lain penumbuhan sikap dimungkinkan terjadi hanya dengan kegiatan Pengulangan. Kegiatan pembelajaran sikap tidak dengan pemberian materi sehingga guru matematika atau geografi tidak perlu merasa harus menjadi guru agama atau guru moral. 

Kegiatan pembelajaran sikap dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan pembelajaran seperti diskusi, projek, atau pembelajaran berbasis masalah. 

Guru harus selalu mengingat bahwa mereka tidak harus menjelaskan materi sejak awal. 

Tidak ada metode yang terbaik selain metode yang sesuai dengan kebutuhan dan Karakteristik murid. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline