Lihat ke Halaman Asli

Jerremiah P

Who am i?

Mentertawakan Kita

Diperbarui: 4 Januari 2020   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Alam sudah menegur manusia berulang kali. Mulai dari teguran paling halus seperti tanah longsor atau kebakaran, sampai teguran paling kasar misalnya kebakaran besar dan banjir bandang. Sayangnya, kita sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan di muka bumi ini tidak pernah mengerti. Mungkin, sebenarnya kita tidak mau mengerti. Lalu, ketika bencana hadir, kita sibuk saling melempar kesalahan kesana kemari. Padahal, kesalahan ada pada diri kita semua.

Baiklah, dalam beberapa problema kita bisa mengatakan faktor alam. Ada sesuatu pada alam yang tidak bisa di kontrol manusia. Misalnya tsunami atau gunung meletus. Walaupun atas dua kejadian tersebut, tetap saja alam menunjukkan rasa persahabatan yang tulus dengan memberi tanda -- tanda yang dapat kita pelajari. Sehingga, tidak menjadi heran ketika sebenarnya bencana seperti tsunami atau gunung meletus bisa diprediksi.

Namun, ketika waktunya datang pada banjir bandang, kebakaran, tanah longsor dan lain sebagainya, kita manusia adalah satu -- satunya yang memegang kendali atas bencana tersebut.

Satu dekade lalu, dunia sibuk dengan isu pemanasan global. Sampai tahun 2015-an, isu tersebut masih hangat dan akhirnya dikalahkan oleh isu politik dan ekonomi.

Kemudian, terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan manusia. Kebakaran hutan di Australia dan sebelumnya di Indonesia adalah satu fenomena alam yang diakibatkan manusia. Setali tiga uang dengan banjir bandang yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya di awal tahun ini.

Mari kita fokus pada banjir yang melanda Jakarta sekitarnya. Menarik bahwa masyarakat pada umumnya kini menyalahkan pemerintah atas banjir yang terjadi. Pendukung Anies Basewdan, menyalahkan pemerintahan pusat (Joko Widodo). Karena presiden saat ini ternyata adalah mantan gubernur di daerah yang sama yang dipimpin Anies saat ini. Sedangkan kubu yang bersebrangan dengan Anies, seolah mentertawakan sang gubernur yang dianggap tidak becus menangani masalah.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah bersalah atas banjir bandang di Jakarta bisa jadi adalah kebenaran. Pemerintah yang didukung BMKG, seharusnya sudah memprediksi curah hujan yang akan terjadi. Dan seharusnya pula, sudah melakukan penegahaan dini atau minimal persiapan menghadapi bencana yang akan terjadi sehingga memungkinkan tidak meenjadi penyebab korban jiwa. Tapi, kesalahan paling besar adalah pada manusia itu sendiri. Seluruhnya kita. Mungkin tahunan lalu, anda pernah membuang sampah di sungai. Mungkin, kemarin saat asyik berkembang api saya lupa membersihkan sisa -- sisa yang menumpuk di jalanan. Masih banyak kemungkinan lain yang menjadi penyebab curah hujan begitu tinggi, dan bumi tidak sanggup menampungnya pada bendungan air atau sungai hingga harus dimuntahkan ke darat.

Menyalahkan A, B, C bukanlah solusi. Justru dengan kejadian seperti ini kita seharusnya kembali pada kita seharusnya. Kembali menjadi manusia yang beradab, bersatu, saling bahu membahu mengatasi alam yang sedang menegur dengan bencana.

Atau, kalau masih sibuk mencari kambing hitam. Sebaiknya, mari kita tertawakan saja diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline