Lihat ke Halaman Asli

Karakter Harus Didahulukan

Diperbarui: 18 Oktober 2023   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak pertengahan bulan September ini, saya dan juga teman-teman seangkatan saya yang merupakan mahasiswa semester 7 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sedang melaksanakan PPL P3K di sekolah yang masing-masing sudah kita pilih. Saya sendiri sebagai seseorang yang baru pertama kali mengajar dan mungkin teman-teman saya yang lain yang juga baru pertama kali mengajar merasa kaget dan juga kesal karena perilaku para peserta didik yang diajar. Saya sendiri merasakan bahwa di SMA sekalipun masih ada peserta didik yang berperilaku kurang mencerminkan kedewasaan anak SMA yang saya rasa seharusnya sudah mereka miliki. Misalnya tidak mengobrol saat ada guru atau temannya yang sedang menjelaskan sesuatu di depan, berpakaian dengan rapi saat jam belajar mengajar dan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Saya rasa ini sudah menjadi bukti bahwa pendidikan di Indonesia masih kurang maksimal dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan di Indonesia-walaupun saya rasa belum merata-sudah berhasil dalam membentuk orang-orang yang pintar dalam berbagai bidang. Terbukti dengan sudah banyaknya orang-orang Indonesia yang bisa bersekolah di luar negeri dan lulus menjadi sarjana, master, dan doktor dan bahkan professor, menemukan penemuan dan inovasi yang bermanfaat dan memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia. Akan tetapi ada satu hal yang terlewatkan, padahal hal ini merupakan sesuatu yang tidak kalah penting, yaitu pembentukan etika dan karakter yang baik pada peserta didik.

Walaupun rasanya merupakan hal yang kecil, seperti berpakaian yang rapi dan memakai atribut yang lengkap, hal ini terkadang "dilawan" oleh siswa dengan alasan "ini tidak berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran", tetapi kepatuhan terhadap aturan tersebut melatih para peserta didik untuk taat bahkan pada aturan-aturan dan hal-hal yang kecil atau sepele. Sesuatu yang sepele atau kecil yang seringkali terlupakan saja bisa diperhatikan dengan baik apalagi dengan sesuatu yang besar. Ini juga melatih para peserta didik untuk bisa berkomitmen terhadap sesuatu yang lebih besar di kemudian hari. Jika tidak bisa berkomitmen pada sesuatu yang kecil saja, bagaimana dengan sesuatu yang lebih besar?

Perlu adanya sedikit perubahan pada kurikulum di sekolah, terutama di sekolah dasar sebagai tempat pertama para peserta didik mengenyam bangku sekolah. Di sekolah dasar, pembentukan karakter harus lebih dilatih kepada para peserta didik dibandingkan dengan menjejali mereka dengan pelajaran-pelajaran yang terkadang membuat mereka pusing dan malas untuk belajar. Kegiatan pembentukan karakter ini pastinya harus disesuaikan dengan umur peserta didik dan dibungkus dengan kegiatan yang menarik dan menyenangkan tetapi tetap bisa efektif membentuk karakter peserta didik. Karakter dibutuhkan untuk melengkapi keunggulan intelektual peserta didik agar ilmu yang mereka dapatkan bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kebaikan dirinya sendiri dan masyarakat luas. Selain itu, pembentukan karakter juga merupakan cara untuk melengkapi tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan dari pendidikan sebenarnya bukan hanya membentuk manusia menjadi pribadi yang pintar dan ahli dalam bidang tertentu saja, tetapi tidak lupa juga untuk membentuk manusia yang mempunyai karakter yang baik bagi dirinya sendiri dan masyarakat luas dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah tujuan dari proses pendidikan, yaitu menjadikan manusia menjadi manusia yang utuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline