Selama ini yang saya tahu akibat dari memakai sepatu kesempitan adalah kaki bisa lecet dan melepuh. Ternyata bisa lebih daripada itu.
Setiap pagi saya berolahraga jalan kaki diselingi joging selama 2-2,5 jam, dimulai sekitar pukul 05.00 dan menempuh jarak rata-rata sejauh 12-13 km, terkadang sampai 14 km. Bulan November lalu jalan kaki saya sejauh total 365,87 km. Desember ini total 366,23 km dan berlari 24,76 km.
Kegiatan olahraga tersebut sudah saya jalani secara rutin setiap hari tanpa jedah sehari pun, selama setahun belakangan ini, semakin intens di saat pandemi Covid-19. Sebelumnya saya juga kerap berolahraga jalan kaki, tetapi tidak selama dan sejauh sekarang, diselang-selingi harinya dengan berenang.
Dalam tempo kurang dari setahun sudah 2 pasang sepatu yang saya gunakan untuk itu outsole-nya (bagian paling bawah sepatu yang bergesekan dengan permukaan jalan) aus dan bolong, hingga melubangi juga kaus kaki!
Sepatu pertama bolong, saya ganti dengan sepatu baru, tetapi hanya bertahan sekitar 5-6 bulan sudah bolong lagi. Koq, cepat amat? Padahal sepatunya Adidas asli.
Belakangan baru saya tahu bahwa saya memakai sepatu yang salah. Sepatu yang saya gunakan itu lebih cocok untuk traveling daripada olahraga yang menempuh perjalanan yang relatif jauh.
Rata-rata saya berjalan per hari sejauh 12-13 km, dalam sebulan rata-rata total 365-370 kilometer. Dalam 5 bulan saja sudah sekitar 1.800 km.
Saat saya hendak membeli sepatu baru ketiga, saya mengutarakan masalah sepatu saya itu ke pelayan toko yang masih ingat baru sekitar 5-6 bulan saya membeli sepatu itu dilayani dia.
Dia bilang, kalau saya gunakan sepatu sampai sejauh itu jalannya kurang cocok menggunakan sepatu yang bolong itu, karena sepatu itu meskipun sama-sama tergolong sepatu olahraga, jenisnya lebih cocok untuk traveling. Kalau untuk joging lebih tahan menggunakan sepatu khusus joging.