Lihat ke Halaman Asli

Daniel H.T.

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Ketika "Partai Allah" Berkoalisi dengan "Partai Setan"

Diperbarui: 24 April 2018   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Kartun dari Majalah Tempo 23-29 April 2018)

Dikotomi yang disampaikan Amien Rais saat menyampaikan tausiah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat pagi (13/4/2018), tentang adanya partai-partai Tuhan dan partai-partai setan jelas merupakan upaya dia untuk kesekian kali memprovokasi rakyat dengan sentimen SARA dalam kerangka menggunakan agama sebagai senjata politik demi kemenangan kelompoknya di Pilpres 2019.

Amien berupaya "mengdoktrin" rakyat (umat Islam) bahwa saat ini ada dua kekuatan besar di Indonesia, yaitu kekuatan orang-orang yang anti-Tuhan (anti-Islam) yang bergabung di partai-partai besar (pendukung Jokowi), itulah "partai-partai setan" (hizbusy syaithan),  dan kekuatan orang-orang  pembela Tuhan pembela agama Allah (hizbullah), yang di antaranya bergabung di PAN, Partai Gerindra, dan PKS, itulah "partai Allah."

"Orang-orang yang anti-Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya," tegasnya.

Berdasarkan "doktrin"-nya itu, Amien Rais berupaya memanipulasi cara berpikir rakyat bahwa mereka yang beragama Islam harus bergabung dengan PAN, Gerindra, dan PKS, karena tiga partai politik inilah para pembela agama Allah (Islam), yang di Pilpres 2019 akan berhadapan langsung dengan partai-partai setan.

Agar jangan sampai partai-partai setan (yang mengusung Jokowi) itu menang, jangan sampai Indonesia dikuasai oleh kekuatan-kekuatan anti-Tuhan, anti-Islam, musuh Islam, maka harus mendukung PAN, Gerindra, dan PKS dengan cara memilih calon presiden dan wakil presiden yang diusung mereka.

Provokasi Amien dengan isu agama seperti itu tentu sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa, berpotensi terjadinya konflik horizontal antara kelompok rakyat yang terpancing dengan provokasi itu, merasa diri mereka sebagai pembela agama, merasa harus menjalankan "tugas suci" memerangi "para setan" dan pendukungnya di Pilpres 2019 dengan segala cara, bilamana perlu dengan cara kekerasan.

Bahwa jelas dikotomi dan diksi yang digunakan Amien Rais itu mengenai adanya partai setan dan partai Allah hanyalah strategi licik dia memperalat agama untuk meraih dukungan rakyat Muslim sebanyak-banyaknya demi kemenangan Pilpres 2019.

Terbukti dengan pada kenyataannya di Pilkada 2018 serentak ini "partai-partai Allah" (PAN, Gerindra, dan PKS), di beberapa daerah pun berkoalisi dengan "partai-partai setan" (PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, dan lain-lain) untuk bersama-sama mengusung pasangan calon kepala daerah tertentu.

Misalnya, di Provinsi Jawa Timur, PAN, Gerindra, dan PKS berkoalisi dengan PDIP dan PKB untuk mengusung pasangan calon gubernur Jawa Timur:  Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno;          

di Provinsi Bali, PAN berkoalisi dengan PDIP, Hanura, PKPI, PPP, dan PKB untuk mengusung pasangan calon gubernur Bali: I Wayan Koster-Tjok Oka Artha Sukawati;

Di Provinsi NTB, PAN dan Gerindra berkoalisi dengan PDIP, PPP, dan PBB untuk mengusung pasangan calon gubernur NTB: Ahyar Abduh-Mori Hanafi;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline